Perkataan Ulama
AHLUSSUNNAH: KHILAFAH WAJIB DALILNYA QATH’I
Al-Imam Asy-Syahrastani Al-Asy’ari Asy-Syafi’i (w. 548 H)
Dalam kitabnya ( Nihâyah al-Iqdâm fî ‘Ilm al-Kalâm ) menuturkan:
القول في الإمامة اعلم أن الإمامة ليست من أصول الاعتقاد بحيث يفضي النظر فيها إلى قطع ويقين بالتعين ولكن الخطر على من يخطي فيها يزيد على الخطر على من يجهل أصلها والتعسف الصادر عن الأهواء المضلة مانع من الإنصاف فيها.
“Diskursus tentang imamah/khilafah. Ketahuilah bahwa imamah/khilafah bukan merupakan bagian dari pokok akidah (rukun iman) yang mengharuskan setiap individu untuk mengkajinya hingga mencapai keyakinan pasti. Akan tetapi bahaya bagi orang yang keliru tentangnya itu bisa lebih besar daripada bahaya orang yang tidak mengerti dasarnya, dan sikap ngawur memperturutkan hawa nafsu yang menyesatkan itu akan menghalangi sikap adil tentangnya.
وقد قال جمهور أصحاب الحديث من الأشعرية والفقهاء وجماعة الشيعة والمعتزلة وأكثر الخوارج بوجوبها فرضا من الله تعالى ثم جماعة أهل السنة قالوا هو فرض واجب على المسلمين إقامته واتباع المنصور فرض واجب عليهم إذ لا بد لكافتهم من إمام ينفذ أحكامهم ويقيم حدودهم ويحفظ بيضتهم ويحرس حوزتهم ويعبي جيوشهم ويقسم غنائمهم وصدقاتهم ويتحاكموا إليه في خصوماتهم ومناكحاتهم ويراعي فيه أمور الجمع والأعياد وينصف المظلوم وينتصف من الظالم وينصب القضاة والولاة في كل ناحية ويبعث القراءة والدعاة إلى كل طرف.
Mayoritas ulama hadits dari kalangan asy’ariyah, para ahli fikih, kelompok syiah dan muktazilah, serta mayoritas khawarij berpendapat akan keharusan adanya imamah/khilafah sebagai kewajiban dari Allah -ta’ala-. Kemudian kelompok Ahlussunnah berpendapat: dia adalah kewajiban atas umat islam yang harus ditegakkan. Demikian pula wajib atas umat Islam untuk menaati Al Manshur (imam/khalifah terpilih). Karena menjadi suatu keharusan bagi mereka semua untuk merealisasikan seorang imam/khalifah yang menerapkan hukum-hukum mereka (syariat Islam), menegakkan hudud mereka (sistem sanksi Islam), menjaga keutuhan wilayah mereka, menjaga harta benda mereka, menyiapkan pasukan mereka, membagikan harta ranpasan perang serta harta zakat mereka, memutuskan perkara mereka dalam persengketaan dan pernikahan, memperhatikan urusan ibadah jum’at dan hari raya, memberikan keadilan kepada pihak tertindas dan memberi sanksi atas pihak penindas, mengangkat para kadi (hakim syar’ie) dan para wali (semacam gubernur) di setiap distrik, serta mengirimkan para ulama dan da’i ke setiap pelosok.”¹
Berikutnya juga menyebutkan:
فذلك الإجماع على هذا الوجه دليل قاطع على وجوب الإمامة العالم كلامنا في وجوب الإمامة على الإطلاق.
“Dan ijmak sahabat tersebut berdasarkan alasan ini merupakan dalil yang bersifat pasti (qath’ie) atas kewajiban imamah/khilafah dunia. Demikianlah pendapat kami tentang wajibnya imamah/khilafah secara mutlak.”²
Juga mengatakan:
أجاب أهل السنة عن مقالة النجدات في نفي وجوب الإمامة أصلا عقلا وشرعا أن الواجبات عندنا بالشرع ومدرك هذا الواجب إجماع الأمة والاختلاف الذي ذكرتموه في تعيين الإمام من أذل الدليل على أن أصل الإمامة واجب إذ لو لم يكن واجبا لما شرعوا في التعيين ولما اشتغلوا به كل الاشتغال.
“Tanggapan ahlus sunnah wal jama’ah terhadap pendapat an-Najdat yang menafikan sama sekali kewajiban imamah/khilafah baik secara syar’ie maupun akal, bahwa seluruh kewajiban itu menurut kami (ahlus sunnah wal jama’ah) adalah berdasarkan syara’ (bukan akal, -penj.), dan diketahuinya itu wajib adalah dari ijma’ (konsensus) umat. Sedangkan perbedaan para sahabat dalam menentukan pilihan (siapa khalifahnya, -penj.) yang kalian sebutkan itu, justru termasuk dalil terkuat bahwa pada dasarnya khilafah itu wajib. Karena jika tidak, niscaya mereka tidak perlu melangsungkan pemilihan, dan tidak pula menyibukkan diri sedemikian rupa untuk itu.”³
_______
¹Asy-Syahrastani, Abu al-Fath Muhammad bin Abdul Karim. 1425H. _Nihâyah al-Iqdâm fî ‘Ilm al-Kalâm._ (Beirut: Dar al Kutub al ‘Ilmiyyah) hlm. 474-475
²Ibid. hlm 477
³Ibid. hlm 484
_______
Fawaid:
• Khilafah bukan permasalahan akidah, namun penting untuk diketahui demi terhindar dari sikap berlebihan menjadikannya sebagai rukun iman sebagaimana kaum Syi’ah dan dari sikap menyepelekan dengan menganggapnya tidak wajib atau bahkan tidak disyariatkan.
• Menurut Ahlussunnah khilafah hukumnya wajib, dan merupakan kewajiban atas umat Islam bukan kewajiban atas Allah sebagaimana klaim kelompk Syi’ah.
• Tugas khilafah adalah terselenggaranya tatanan pemerintahan berdasarkan akidah dan syariat Islam.
• Kewajiban khilafah bersifat syar’ie karena berdasarkan dalil syar’ie, yaitu ijmak sahabat. Bukan berdasarkan akal semata.
• Perbedaan sahabat dalam menentukan siapa sosok khalifahnya justru memperkuat dalil wajibnya khilafah, sebab mereka lebih memprioritaskannya daripada kewajiban memakamkan jenazah Nabi, dan kewajiban itulah yang mengharuskan mereka untuk melakukan suksesi pemilihan imam/khalifah.
Ustadz Azizi Fathoni