Nafsiyah

MENANTANG API NERAKA, MEREMEHKAN SIKSANYA

ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ؛ ﺃﻧﻪ ﻗﺎﻝ: ﺃﺗﺮﻭﻧﻬﺎ ﺣﻤﺮاء ﻛﻨﺎﺭﻛﻢ ﻫﺬﻩ؟ ﻟﻬﻲ ﺃﺳﻮﺩ ﻣﻦ اﻟﻘﺎﺭ. ﻭاﻟﻘﺎﺭ اﻟﺰﻓﺖ

Dari Abu Hurairah, beliau berkata: “Apa menurut kalian api neraka itu berwarna merah seperti api kalian di dunia ini? Tidak, api neraka itu bahkan lebih hitam daripada ter (aspal -yang belum tercampuri debu-).”
(HR. Malik bin Anas)

Hadits mauquf oleh sahabat Abu Hurairah. Namun hadits tersebut dihukumi marfu’ dari Rasulullah, karena kontennya terkait hal ghaib yang bukan ranah ijtihad.

Hadits tersebut sekaligus mengkonfirmasi hadits dhaif tentang bahwasannya api neraka itu dulunya dinyalakan dalam warna merah, lalu putih, dan lalu terakhir hitam.

ﺇﻥ اﻟﻠﻪ ﺃﻣﺮ ﺑﻬﺎ ﻓﺄﻭﻗﺪﺕ ﺃﻟﻒ ﻋﺎﻡ ﺣﺘﻰ اﺣﻤﺮﺕ، ﺛﻢ ﺃﻭﻗﺪ عليها ﺃﻟﻒ ﻋﺎﻡ ﺣﺘﻰ اصفرت، ﺛﻢ ﺃﻭﻗﺪ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺃﻟﻒ ﻋﺎﻡ ﺣﺘﻰ اﺳﻮﺩﺕ . ﻓﻬﻲ ﺳﻮﺩاء ﻣﻈﻠﻤﺔ ﻻ ﻳﻀﺊ ﻟﻬﺒﻬﺎ ﻭﻻ ﺟﻤﺮﻫﺎ.

“Sesungguhnya Allah memerintahkan api neraka itu untuk dinyalakan selama 1000 tahun hingga berwarna merah, lalu dinyalakan selama 1000 tahun berikutnya hingga berwarna kuning (di riwayat lain “putih”), lalu dinyalakan selama 1000 tahun lagi hingga berwarna hitam. Dialah api neraka itu berwarna hitam gelap. Kobaran dan bara api nya tidak bercahaya.”
(HR. Abu Nu’aim Al Ashbahani dan At Thabarani)

Menunjukkan api itu bertingkat kadar panasnya menurut warnanya, dan paling puncak adalah api berwarna hitam yang itu adalah warna api neraka.

Dengan api biasa berwarna orange kemerahan saja (api kompor dan korek api), manusia sudah dibikin kesakitan bukan main. Bahkan yang tidak berupa apinya langsung, seperti terkena knalpot, setrika, solder, dan cipratan minyak goreng, dsb. sudah bikin terperanjat heboh. Apa lagi api yang lebih panas dari itu..

Api terpanas di bumi ini, bersuhu 3000°C berwarna putih -perhatikan api las listrik/karbit-, mampu melelehkan besi baja dan berbagai logam keras lainnya. Jangan tanya bagaimana dengan tubuh ringkih manusia ya..

Apalagi api matahari, yang terlihat berwarna putih kekuningan itu. Bagian permukaan luarnya saja bersuhu 7.000.000°C, sedangkan bagian intinya bisa mencapai 15.000.000°C. Panasnya sudah sangat menyengat bahkan dari kejauhan 150 juta kilometer (jarak Matahari-Bumi). Bandingkan dengan seberapa terasa panasnya api kompor dan api las dari jarak sekian meter atau centimeter saja. Jangan tanya tubuh manusia kalau dilempar ke dalam semburan api matahari, belum sempat mendekat saja pasti sudah akan hangus dan sirna

Nah, kalau api neraka yang hitam itu bagaimana..? panasnya kata Nabi 70 kali panasnya api di dunia.

قال رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : نَارُكُمْ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا مِنْ نَارِ جَهَنَّمَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنْ كَانَتْ لَكَافِيَةً قَالَ فُضِّلَتْ عَلَيْهِنَّ بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا كُلُّهُنَّ مِثْلُ حَرِّهَا.

“Api kalian (di dunia ini) baru satu bagian saja dari tujuh puluh bagian api neraka jahannam”. Ditanyakan kepada Beliau; “Wahai Rasulullah, satu bagian itu saja sudah cukup (untuk menyiksa pelaku maksiat)?” Beliau bersabda: “Ditambahkan atasnya dengan enam puluh sembilan kali lipat, yang panas masing-masing (kelipatan) nya adalah sama”.
(HR. Al-Bukhari)

Misalnya api dunia itu adalah matahari (tanpa menutup kemungkinan ada yang lebih panas lagi di luar sana), itu berarti panasnya mencapai ( 15.000.000 x 70 ) = 1.050.000.000°C. Jangan tanya nasib manusia yang masuk ke kobarannya.. pasti hangus lenyap seketika!

Tapi mirisnya, penghuni neraka itu sama sebagaimana penghuni sorga, sudah tidak bisa mati! Karena “maut” itu sudah Allah matikan, dengan perwujudan domba yang disembelih.

يُؤْتَى بِالْمَوْتِ كَهَيْئَةِ كَبْشٍ أَمْلَحَ فَيُنَادِي مُنَادٍ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ فَيَشْرَئِبُّونَ وَيَنْظُرُونَ فَيَقُولُ هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا فَيَقُولُونَ نَعَمْ هَذَا الْمَوْتُ وَكُلُّهُمْ قَدْ رَآهُ ثُمَّ يُنَادِي يَا أَهْلَ النَّارِ فَيَشْرَئِبُّونَ وَيَنْظُرُونَ فَيَقُولُ هَلْ تَعْرِفُونَ هَذَا فَيَقُولُونَ نَعَمْ هَذَا الْمَوْتُ وَكُلُّهُمْ قَدْ رَآهُ فَيُذْبَحُ ثُمَّ يَقُولُ يَا أَهْلَ الْجَنَّةِ خُلُودٌ فَلَا مَوْتَ وَيَا أَهْلَ النَّارِ خُلُودٌ فَلَا مَوْتَ ثُمَّ قَرَأَ { وَأَنْذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ }

Kelak kematian akan didatangkan pada hari kiamat menyerupai domba putih. Kemudian dikatakan: Wahai penduduk surga! maka mereka melihat dengan mendongak, lalu dikatakan; apa kalian tahu ini? mereka menjawab: ‘Ya, itu adalah kematian.’ Dan semuanya telah melihatnya. kemudian dikatakan kepada penduduk neraka: ‘Wahai penghuni neraka, apa kalian tahu ini? ‘ Mereka melihat dengan mendongak, mereka menjawab: ‘Ya, ‘ itu adalah kematian.’ Dan semuanya telah melihatnya. Lalu kematian itu disembelih. Setelah itu dikatakan: ‘Wahai penduduk surga, sekarang kekal tidak ada lagi kematian, dan wahai penduduk neraka, sekarang kekal tidak ada lagi kematian’.” Setelah itu beliau membaca: “Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.” (Maryam: 39).
(HR. Al-Bukhari)

Kalau tidak mati, lantas bagaimana jadinya seseorang setelah seketika hangus oleh dahsyatnya kobaran api neraka? Jawabannya, seketika itu juga Allah jadikan utuh, Allah ganti kulit mereka dengan kulit baru. sebagaimana di ayat

كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُم بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ ۗ

Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. (QS. an-Nisa 56)

Sebatas yang mampu kita bayangkan, bahwa proses “seketika hangus seketika utuh, seketika hangus, seketika utuh, seketika hangus… begitu seterusnya” tersebut terjadi dalam tempo dan ritme yang sangat sangat cepat. Sehingga yang dirasakan adalah kesakitan luar biasa tanpa mengenal jeda.

Seketika hangus karena saking panasnya api neraka, seketika utuh juga karena saking panasnya api neraka, sebab proses mengembalikan utuh jika berjalan lama akan keburu hangus sebelum utuh.

Ayat itu dinyatakan oleh para ilmuwan sedang berbicara soal saraf, karena kulit yang hangus sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi sebab sarafnya sudah mati. Agar merasakan adzab (sebagaimana disebutkan ayat) dijadikan kulit baru, yang utuh, dengan syaraf yang 100% normal, seketika! dan langsung hangus seketika! Begitu terus berulang dan berulang tanpa jeda dan istirahat.. karena ayatnya menyebut “kullamaa” setiap kali, menunjukkan pengulangan yang terjadi secara terus menerus..

Dari sini juga kita dapat pahami tubuh manusia itu terus dalam keadaan menyala karena tak henti hentinya terbakar. Karena menyala terus itulah maka dikatakan bahan bakar neraka itu selain batu juga tubuh manusia itu sendiri!

وقودها الناس والحجارة

“Bahan bakarnya manusia dan bebatuan”
(QS Al Baqarah 24)

Bisa bayangkan, sakit maksimal di sekujur tubuh,, termasuk bagian-bagian sensitifnya,, dengan derajat panas api yang maksimal,, yang harusnya sudah mati, tapi tidak mati-mati. Barangkali kondisi seperti gambaran inilah yang dimaksud ayat

ثم لا يموت فيها ولا يحيى

“Kemudian dia tidak akan mati di dalamnya dan tidak pula hidup.” (QS. al A’la 13)

Mau disebut mati nyatanya mereka sudah tidak mati lagi, mau disebut hidup tapi siksa yang mereka terima bertubi tubi telah menjadikan kondisi mereka terus menerus berada pada batas yang seharusnya sudah mati..

Itu baru gambaran apinya, belum beragam siksaan lainnya…

Tidak ada waktu jeda, apalagi istirahat, mereka terus disibukkan dengan azab oleh 19 malaikat zabaniyah, menjerit jerit kesakitan tak karuan, memohon kepada Allah sebagai satu-satunya Dzat yang bisa menolong mereka,,

وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ

“Dan mereka menjerit di dalam neraka itu: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan mengerjakan amal saleh tidak seperti yang telah kami kerjakan”. (QS. Fathir 37)

Tapi nahasnya Allah sudah tidak mau mempedulikan dan menolong mereka. Dia sudah tidak mau melihat dan melupakan mereka sebagaimana mereka dulunya telah melupakanNya.. padahal mereka dalam kondisi yang sangat membutuhkan pertolonganNya

Tidak ada tempat berteduh, terus berputar putar mereka di neraka yang sesak, penat, mengerikan, penuh siksa, bau busuk luar biasa yang keluar dari kemaluan para lonte atau pezina, penampakan mengerikan para penghuninya, dengan penuh rasa sesal, menyalahkan diri sendiri, ketakutan hebat, pesimis, putus asa, pilu nelangsa, semuanya campur aduk menjadi satu.. maka lengkaplah siksaan luar dan dalam, lahir dan batin, dirasakan..

Saking dahsyatnya hingga orang yang masuk neraka dikatakan sudah tidak ingat lagi berbagai macam kenikmatan saat di dunia dulu! Tambah menyesal lagi di tengah-tengah penderitaan tersebut ditunjukkan kepada mereka kedudukan di surga seandainya dulunya berbuat baik…

وَلَا يَدْخُلُ النَّارَ أَحَدٌ إِلَّا أُرِيَ مَقْعَدَهُ مِنْ الْجَنَّةِ لَوْ أَحْسَنَ لِيَكُونَ عَلَيْهِ حَسْرَةً

“Dan seseorang tidak akan masuk neraka sehingga diperlihatkan kepadanya tempat duduknya di surga kalau dulunya dia berbuat baik, agar menjadi derita penyesalan baginya.”
(HR. Al Bukhari)

terakhir ini menunjukkan bahwa jalan ke surga dan jalan ke neraka mana yang ditempuh, adalah pilihan! Karena masing-masing manusia sudah disediakan dua tempat di surga dan di neraka.

Nah, setelah gambaran singkat dan terbatas ini, padahal keyataannya nanti akan jauh lebih dahsyat lagi, masihkah punya angan-angan mau masuk neraka? Dan merasa bangga dengan itu? Mengira bisa bertemu bintang dan artis top dunia dengan wajah ceria dan suka cita? Bahkan mau menggelar reuni, konser, atau menjadikannya sebagai bahan candaan.. Na’udzubillaahi min dzaalik…

فَمَآ أَصْبَرَهُمْ عَلَى النَّارِ

“… Maka alangkah beraninya mereka menantang api neraka.”
(QS. al Baqarah 175)

Dengan di antara bukti keagungan Allah ini, belumkah kita mengimani sepenuh hati Allah dan hari akhir, serta terikat terhadap hukum-hukumNya…?

Yaa Allah, lindungilah kami dan orang tua kami, keluarga kami serta sahabat sahabat kami dari api neraka Mu..

{… رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ ۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا}

“… Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal”.
(QS. Al-Furqan 65)

يا ذا الجلال والإكرام، أمتنا على دين الإسلام

(Azizi Fathoni)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close