Hadits
Agama, Akal Dan Prilaku
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – : كَرَمُ الْمَرْءِ دِينُهُ ، وَمُرُوءَتُهُ عَقْلُهُ ، وَحَسَبُهُ خُلُقُهُ (صحيح ابن حبان)
“Kemuliaan seseorang terletak pada din-nya, dan kualitasnya terletak pada akalnya, dan keluhurannya terletak pada akhlaknya”
🔸Takhrij Hadits🔸
Diriwayatkan Ibn Hibban dalam Shahih Ibn Hibban (2/232-233), Kitab al-Birr wa al-Ihsan – Bab Husn al-Khuluq – no. 483, dari Ishaq bin Ibrahim bin Ismail dan Abdullah bin Mahmud bin Sulaiman as-Sa’diy al-Marwaziy, dari Abdul Warits bin Ubaidillah al-Atakiy, dari Muslim bin Khalid az-Zanjiy, dari al-Ala’, dari ayahnya, dari Abu Hurairah dari RasuluLlah shallallahu ‘alayhi wasallam …
🔹Kedudukan Hadits🔹
a. Ishaq dinilai متقنا نبيلا عاقلا oleh adz-Dzahabiy (Tarikh al-Islam, 7/115)
b. Abdullah dinilai ثقة مأمون oleh al-Hakim (Tarikh al-Islam, 7/241), adz-Dzahabiy menilai العالم الحافظ (Siyar A’lam, 14/399)
c. Abdul Warits dinilai صدوق oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 632) dan ثقة oleh adz-Dzahabiy (al-Kasyif, 3/336)
d. Muslim dinilai صدوق كثير الأوهام oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 938)
e. al-Ala’ dinilai صدوق ربما وَهِم oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Tahdzib, 761)
f. Abdurrahman bin Ya’qub dinilai ثقة oleh Ibn Hajar (Taqrib at-Taisir, 605)
Isnad hadits ini hasan, perawi Muslim dan al-Ala’ keduanya صدوق namun كثير الأوهام dan ربما وهم. (Manhaj Dirasat al-Asaanid, hal. 206)
al-Hakim dalam al-Mustadrak (1/123, no. 424 dan 425) melalui jalur yang berbeda :
“hadits ini shahih berdasarkan syarat Imam Muslim”
🔸Kandungan Hadits🔸
- Pandangan bahwa “kemuliaan, kualitas dan keluhuran terletak pada harta, tahta, wanita, rupa dan keturunan” disanggah oleh hadits yang mulia ini
- Hadits ini kabarnya berupa qayyid dengan pola idhofah ( دينه ، عقله ، خلقه ), karenanya berfaedah sempurna, kuat, dan menepis kemungkinan yang lain. Jadi, kemuliaan, kualitas dan keluhuran itu terletak pada agama, akal dan prilaku.
- Ungkapan ( كَرَمُ الْمَرْءِ دِينُهُ ), bermakna kemuliaan lahir dan batin secara sempurna akan diperoleh dengan agama. Maksudnya dengan menegakkan Islam, yakni mewujudkan ketaqwaan maka seseorang akan memperoleh kemuliaan yang sempurna. Allah تعالى berfirman
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ [الحجرات : 13]
“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah تعالى ialah orang yang paling takwa diantara kamu”
- Lafazh مروءة ada beragam makna, tapi semuanya kembali pada 2 hal:
اﺟﺘﻨﺎﺏ ﻣﺎ ﻳﻜﺮﻩ اﻟﻠﻪ ﻭاﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻣﻦ اﻟﻔﻌﺎﻝ ﻭاستعمال ﻣﺎ ﻳﺤﺐ اﻟﻠﻪ ﻭاﻟﻤﺴﻠﻤﻮﻥ ﻣﻦ اﻟﺨﺼﺎ
“menjauhi perbuatan yang dibenci Allah تعالى dan tidak disukai kaum muslimin, dan berprilaku yang dicintai Allah تعالى dan kaum muslimin” (Raudhatul ‘Uqala, h. 232)Kualitas dalam mewujudkan muruah ini terletak pada akal, dan akal di sini ialah
اﻟﻤﻌﺮﻓﺔ ﺑﺴﻠﻮﻙ اﻟﺼﻮاﺏ ﻭاﻟﻌﻠﻢ ﺑﺎﺟﺘﻨﺎﺏ اﻟﺨﻄﺄ
“ma’rifat tentang perbuatan yang benar dan ilmu tentang menghindari kesalahan” (Raudhatul ‘Uqala, h. 16)
Ma’rifat dan ilmu diperoleh dengan tafakkur dan tadabbur ( Mu’jam al-Furuq, h. 502), yakni mewujudkan pemahaman yang mempengaruhi prilaku. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhaniy
وعند إرادتنا أن نغير سلوك الإنسان المنخفض ونجعله سلوكا راقيا لابد من أن نغير مفهومه أولا
” dan jika hendak mengubah prilaku rendah manusia, dan menjadikannya prilaku yang luhur maka kita harus mengubah pemahamannya terlebih dahulu” (Nizhamul Islam, hal. 4)
Tentunya pemahaman yg akan diwujudkan ialah yang lahir dari Islam, din yang menjadi sebab diperolehnya kemuliaan sempurna lahir dan batin.
- Ungkapan ( حَسَبُهُ خُلُقُهُ ), bermakna keluhuran akan diraih dengan sebab prilaku. Teladan dalam hal ini ialah RasuluLlah صلى الله عليه وسلم, Syaikh Sa’id bin Sa’ad al-Hadramiy ath-Tho’iy Asy-Syafi’iy mengatakanأنه أحسن الناس خلقا وخلقا”bahwasannya Beliau صلى الله عليه وسلم ialah sebaik-baik manusia, baik fisik maupun prilakunya” (Wasilah al-Awlad ila Ma’rifah, hal. 2)Teladan prilaku saat beribadah, bermuamalah, dan teladan prilaku dalam menegakkan Islam melalui institusi daulah. wabiLlaahi at-taufiq wa al-hidayah
[Ibn Mukhtar]