Tanya Jawab
Serangan Amerika Terhadap Libya
بسم الله الرحمن الرحيم
Jawab Soal
Serangan Amerika Terhadap Libya
Pertanyaan:
Amerika melakukan serangan ke Sirte atas permintaan dari pemerintahan as-Sarraj. (Sumber-sumber militer yang dekat dengan militer Dewan Kepresidenan di Sirte menegaskan bahwa pesawat-pesawat Amerika kemarin, Senin, melakukan delapan serangan udara terhadap benteng ISIS di kota tersebut… ) [al-arabiya.net, 9/8/2016]. Akan tetapi, sudah dikenal bahwa pemerintahan as-Sarraj di Libya didirikan sesuai mandat perjanjian Skhirat di Maroko. Pemain mendasar dalam perjanjian ini adalah Eropa khususnya Inggris… Politik pemerintah as-Sarraj sesuai politik Eropa menolak intervensi militer Amerika. Lalu kenapa pemerintahan as-Sarraj sekarang menyatakan setuju? Apakah politik as-Sarraj berubah dari rencana Eropa? Semoga Allah memberi Anda balasan yang lebih baik.
Jawab:
Pemerintah as-Sarraj masih tetap berjalan di garis Eropa dan dengan ungkapan yang lebih dalam, adalah Inggris. Persetujuan pemerintahan as-Sarraj atas intervensi militer Amerika tidak berarti bahwa pemerintah as-Sarraj menjadi loyal secara politik kepada Amerika. Melainkan Inggris mendorong pemerintah ar-Saraj melakukan itu sebagai satu langkah dalam jalan memikat Amerika untuk menjadika Parlemen Tobruk menyetujui pemerintah as-Sarraj. Hal itu, Amerika bagaimana pun persetujuan lahiriahnya terhadap pemerintah as-Sarraj disebabkan promosi politik dalam opini umum yang diciptakan oleh Inggris untuk pemerintahan as-Sarraj, namun Amerika tetap menentangnya secara praktis dan Amerika menciptakan berbagai problem melalui Haftar dan kelompoknya. Amerika membuat Parlemen Tobruk tidak menyetujui pemerintahan as-Sarraj. Maka langkah as-Sarraj dengan dorongan dari Inggris untuk meminta intervensi militer Amerika untuk memikat Amerika atas “harapan” Amerika membuat Parlemen Tobruk menyetujui pemerintahan as-Sarraj… dan untuk menjelaskan hal itu kami paparkan perkara-perkara berikut:
- Pemerintahan as-Sarraj dibentuk dengan dukungan Eropa khususnya Inggris yang bisa mengikat perjanjian Skhirat pada 17/12/2015. Dahulu Inggris menghambat intervensi Amerika di Libya karena Inggris tidak memerlukannya, sebab Inggris mendominasi lingkungan politik dan bahwa pemerintahan as-Sarraj adalah pengikutnya. Inggris pun meminta dikeluarkan resolusi-resolusi internasional untuk menghalangi intervensi militer. Akan tetapi, Amerika bersikeras melakukan intervensi. Amerika melakukan pemboman sendirian sejak November tahun lalu. Serangan terakhir Amerika terjadi pada Februari lalu yang membunuh 49 orang di kamp di Libya yang mayoritasnya berasal dari warga Tunisia. Hal itu karena eksistensi Amerika lemah di Libya, maka Amerika ingin bersandar pada intervensi militer. Amerika meminta agennya, Haftar, untuk berjalan dalam peran ini… Amerika mengakui lemahnya eksistensi Amerika di Libya. Juru bicara Pentagon Peter Cook pada 17/5/2016 mengatakan: “Amerika Serikat tetap memiliki eksistensi yang kecil di Libya. Tugasnya berusaha menentukan pihak-pihak dan kelompok-kelompok yang mampu membantu Amerika Serikat dalam perang melawan ISIS” (ash-shuruq at-tunisiyah, 17/5/2016). Hambatan di depan pemberian kemudahan kerja pemerintah as-Sarraj adalah pensyaratan oleh Amerika adanya peran mendasar bagi Haftar di militer dan berikutnya barulah Parlemen Tobruk mengakui pemerintahan as-Sarraj. Akan tetapi, perjanjian Skhirat menyatakan hal yang berbeda. Utusan internasional mengulang-ulang hal itu dalam berbagai kesempatan. Utusan internasioal untuk Libya Martin Kobler pada 8/7/2016 menyatakan kepada televisi al-Ghad bahwa “perjanjian politis menyatakan bahwa dewan kepresidenan adalah panglima tertinggi militer Libya dan semua pihak Libya wajib menghormati perjanjian ini dan wajib mengambil keputusan siapa yang akan menjadi panglima militer, kepala staf, panglima angkatan laut dan panglima angkatan udara dan berada di bawah payung dewan kepresidenan. Ia mengatakan, “saya berusaha sejak beberapa minggu lalu berkomunikasi dengan kelompok Khalifah Haftar untuk membahas agenda penyatuan militer Libya…”. Dan ia menuntut “diselenggarakannya sidang Dewan Perwakilan Libya dengan seluruh anggotanya untuk menyetujui pemerintahan rekonsiliasi nasional… Dan bahwa Dewan Perwakilan menyetujui perjanjian politik setelah mempertahankan satu pasal”. Dia mengisyaratkan kepada pasal delapan yang memiliki hubungan dengan posisi Haftar. Pasal tersebut menyatakan bahwa: “seluruh wewenang jabatan militer, sipil dan keamanan tinggi yang dinyatakan dalam undang-undang dan hukum Libya yang berlaku beralih kepada Dewan Kepemimpinan Kabinet langsung setelah penandatanganan kesepakatan…” Pasal inilah yang menjadi topik perbedaan …
- Inggris paham bahwa Amerika ingin melakukan intervensi militer dan benar-benar melakukannya. Bawabah Ifriqiyah al-Ihkhbariyah pada 8/1/2016 menyebutkan bahwa “komando militer Amerika di Afrika mengumumkan secara resmi intervensi militer di Libya sesuai rencana kerja selama 5 tahun, untuk menekan kelompok teroris di Afrika dan khususnya di Libya”. Dengan itu Amerika memutuskan politik menggelar serangan militer atau intervensi militer tanpa ada resolusi internasional dan Amerika benar-benar mulai melakukannya. Sebab Amerika tidak berhasil merealisasi apa yang diinginkan melalui aktifitas politik langsung. Setelah itu, Gedung Putih mengumumkan pada 28/1/2016 bahwa “presiden Obama memimpin sidang Dewan Keamanan Nasional khusus membahas situasi di Libya. Ia menegaskan bahwa Amerika Serikat akan melanjutkan serangan terhadap ISIS di negeri manapun berada sampai ke Libya jika diperlukan. Dan Obama mengeluarkan arahan kepada penasehat dalam bidang keamanan nasional untuk melawan upaya ISIS memperluas di Libya dan negara-negara lain”… Meski demikian, Amerika tetap memperhatikan aspek perundang-undangan agar intervensinya terjadi dengan permintaan dari pemerintahan as-Sarraj sebagai tampak depan secara perundang-undangan… Maka Inggris memerintahkan as-Sarraj agar meminta Amerika melakukan intervensi sehingga membuat intervensi itu memiliki sifat konstitusional. Dan berikutnya dari “pelayanan” yang diberikannya kepada Amerika ini dijadikan titik tolak sebagai harapan penurunan dukungan Amerika kepada Haftar dan membuat Parlemen Tobruk memberikan kepercayaan untuk pemerintahan as-Sarraj…!
- Begitulah, intervensi Amerika dimulai secara terbuka dengan permintaan dari pemerintahan as-Sarraj, yakni dengan permintaan dari pemerintahan yang memandang dirinya legal! Hal itu seperti yang disebutkan oleh juru bicara Pentagon Peter Cook pada 1/8/2016. Ia mengatakan, “serangan dilakukan berdasarkan permintaan dari pemerintahan rekonsiliasi nasional Libya”. Permintaan ini adalah kejahatan besar. Tidak akan bermanfaat bagi as-Sarraj pernyataannya pada 1/8/2016 kepada televisi resmi Libya bahwa: “Dewan Kepresidenan dalam kapasitasya sebagai panglima tertinggi militer memutuskan meminta dukungan langsung dari Amerika Serikat untuk melakukan serangan-serangan udara terbatas terhadap benteng ISIS di kota Sirte dan daerah-daerah sub-urbannya … Operasi ini pada tahapan ini datang dalam kerangka waktu yang terbatas dan tidak akan melebihi kota Sirte dan daerah sub-urbannya… dan akan dibatasi pada bantuan teknik dan logistik”. Hal itu tidak bermanfaat bagi as-Sarraj. Juru bicara Pentagon Peter Cook mengatakan yang sebaliknya, “bahwa serangan-serangan tidak memiliki titik akhir waktu yang ditentukan… Dan di masa depan akan dilakukan koordinasi setiap serangan secara tersendiri dengan pemerintahan rekonsiliasi nasional dan akan memerlukan persetujuan panglima komando militer Amerika di Afrika” (al-Khabar al-Jazairiyah, 2/8/2016). Amerika untuk pertama kalinya mendapatkan kesempatan di mana pemerintah Libya secara resmi menyetujui dilakukannya serangan-serangan di Libya. Amerika mengumumkan bahwa Amerika tidak akan berhenti pada batas serangan-serangan ini. Amerika mengumumkan akan melakukan lebih dari itu. Akan tetapi Amerika akan memberitahu pemerintah Libya ketika melakukan serangan sebagai pemberitahuan dan atas nama koordinasi! Amerika mengaitkan hal itu dengan komandonya di Afrika, artinya dalam cakupan politik Amerika di Afrika. Amerika menyatakan bahwa komandonya di Afrika yang akan melakukan operasi tersebut. Jadi yang ditarget di sini bukan Libya saja melainkan semua Afrika Utara…! Demikian juga, tidak akan bermanfaat bagi as-Sarraj, pernyataannya yang tidak akan menyetujui masuknya kekuatan darat di mana AFP global pada 10/8/2016 mengutip bahwa: “kepala pemerintahan rekonsiliasi nasional Libya Faez as-Sarraj mengumumkan pada Rabu bahwa negaranya tidak perlu kekuatan asing di wilayah Libya untuk membantu militer memerangi ISIS. Hal itu dalam wawancara dengan surat kabar Corriere della Sera Italia”. Perlu diketahui bahwa Washington Post pada Selasa 9/8/2016 mengungkap “bahwa pasukan khusus Amerika ada di wilayah Libya, dan untuk pertama kalinya memberikan dukungan langsung untuk militer Libya yang memerangi ISIS di kota Sirte…”! Jelas dari semua itu bahwa pernyataan as-Sarraj adalah untuk konsumsi lokal bukan yang lain dan pernyataan itu jauh sekali dari kebenaran!
- Amerika memandang intervensinya itu bahwa itu merupakan pengkonsentrasian pengaruhnya di kawasan. Dalam konteks ini, presiden Amerika Obama mengumumkan pada hari berikutya setelah serangan yakni pada 2/8/2016 bahwa “dukungan pertempuran pemerintah Libya melawan ISIS itu untuk kepentingan keamanan nasional Amerika… Dan bahwa serangan-serangan udara dilakukan untuk menjamin militer Libya menuntaskan tugas memerangi kelompok ekstrem dan memperkuat stabilitas”. Obama menambahkan bahwa “Amerika Serikat, Eropa dan dunia memiliki kepentingan besar dalam terealisasinya stabilitas di Libya sebab hilangnya stabilitas akan menyebabkan makin rumitnya beberapa ancaman yang kita saksikan dalam hal berkaitan dengan krisis imigran di Eropa dan beberapa bencana kemanusiaan yang terjadi di laut antara Libya dan Eropa” (Reuters, 2/8/2016). Presiden Amerika menganggap hal itu termasuk kepentingan nasional negaranya. Maknanya bahwa hal itu merupakan masalah penting berkaitan dengan eksistensi Amerika di Libya. Jika tidak maka keamanan nasional Amerika tidak ada hubungannya dengan Libya kecuali hal itu berkaitan dengan pengaruh Amerika di sana?! Obama mengklaim bahwa ia melakukan hal itu bukan untuk kepentingan negaranya saja, akan tetapi juga untuk kepentingan Eropa dan dunia. Artinya seolah-olah Amerika lah yang merealisasi stabilitas untuk Eropa khususnya Eropa lah yang bertarung dengan Amerika di sana. Makna hal itu bahwa Amerika bekerja untuk meluaskan pengaruh Amerika di sana dan berikutnya menjadikan Eropa di bawah kontrolnya, dan jika bisa digantikan, dalam menjajah negeri Islami yang sudah lama dijajah dan dijarah kekayaannya oleh orang-orang Eropa…
- Inggris seperti yang telah kami katakan di atas, memerintahkan as-Sarraj untuk meminta intervensi Amerika dengan “harapan” Amerika mengkompensasi hal itu dengan meredakan dukungannya kepada Haftar dan membuat Parlemen Tobruk menyetujui pemerintahan as-Sarraj… Akan tetapi Eropa pada waktu yang sama paham bahwa Amerika tidak mementingkan Haftar atau lainnya dengan kadar yang dipentingkan oleh Amerika agar agen-agen itu melayani kepentingan Amerika. Amerika seandainya bisa menghisap darah Eropa dari as-Sarah dan as-Sarraj murni loyal kepada Amerika maka dengan mudah Amerika meminggirkan Haftar atau bahkan mencampakkannya jika bukan malah membuangnya. Akan tetapi ini jika Amerika bisa menghisap darah Eropa dari as-Sarraj dan as-Sarraj menjadi murni loyal kepada Amerika dan bukan sebaliknya meminta intervensi! Atas dasar itu, Eropa memperhitungkan Amerika akan menunda-nunda persetujuan Parlemen Tobruk sampai Amerika bisa lebih memeras pemerintahan as-Sarraj dan berikutnya memperpanjang intervensi militer untuk kepentingan Amerika sehingga pengaruh militernya terus berlanjut dan as-Sarraj menjadi berada di bawah hegemoni milter Amerika … Karena itu, Eropa memanfaatkan pengumuman intervensi Amerika untuk mengumumkan intervensi Eropa yang selama ini disembunyikan, sehingga medan militer di Libya tidak hanya untuk Amerika. Berikutnya intervensi menjadi terungkap sehingga negara-negara Eropa melakukan intervensi dan tidak perlu lagi untuk melakukan intervensi rahasia seperti yang dilakukan oleh Perancis dan tentara-tentaranya terbunuh… Dan berikutnya, militer Eropa ada di Libya sehingga militer Amerika tidak bisa melakukan apa yang diinginkan akan tetapi Eropa memiliki bagian dari kue! Begitulah, mulai terjadi pembicaraan tentang intervensi Eropa di Libya secara terbuka. Surat kabar Sunday Times pada 7/8/2016 mengungkap bahwa “pasukan khusus Inggris ikut serta pada waktu sebelumnya, memerangi ISIS di Sirte di samping militer Dewan Kepresidenan. Pasukan khusus Inggris menggunakan senjata baru dan untuk menghadapi sniper ISIS yang berada atap gedung-gedung tinggi di kampung 700”. Duta besar Inggris di Libya Peter Millet dalam akun tweeter-nya mengungkapkan penyambutannya dengan bergabungnya Libya dalam koalisi internasional untuk memerangi ISIS” dalam isyarat kepada serangan-serangan Amerika yang dilancarkan terhadap Sirte… Menteri luar negeri Perancis Jean-Marc Ayrault mengungkapkan “penyambutan negaranya atas langkah pemerintah rekonsiliasi Libya meminta bantuan internasional yang tercermin dalam serangan udara Amerika. Hal itu dia ungkapkan dalam kontak telephon dengan as-Sarraj yang detilnya dilansir oleh kementerian luar negeri Perancis”. Menlu Perancis kepada as-Sarraj mengungkapkan kesiapan negaranya untuk memperkuat kerjasamanya dengan pemerintah rekonsiliasi dalam semua kondisi dan yang terdepan adalah keamanan dan memerangi terorisme”. Peracis berusaha bermain di dua tali untuk menyenangkan Amerika sehingga Perancis mendukung Haftar di timur dalam perangnya dan pada saat yang sama Perancis mengumumkan dengan gamblang dukungannya kepada pemerintahan as-Sarraj di Tripoli di barat!… Menteri luar negeri Italia Paolo Gentiloni mengatakan: “Italia menyambut baik operasi udara yang dilancarkan oleh Amerika Serikat terhadap beberapa target yang ada di bawah ISIS di Sirte dan yang datang berdasarkan permintaan dari pemerintahan persatuan nasional untuk mendukung militer yang loyal kepada pemerintah… Ia mengungkapkan kesiapan negaranya memenuhi permintaan Libya dengan segala bentuk bantuan termasuk militer” (al-Anadul, 3/8/2016). Menteri pertahanan Italia Roberto Penotti mengatakan bahwa “yang lebih rajih Italia akan mengizinkan penggunaan pangkalan udaranya dan ruang udaranya untuk melancarka serangan-serangan terhadap unsur-unsur ISIS di Libya jika Amerika Serikat meminta hal itu” (Reuters, 3/8/2016).
- Begitulah, rezim politik di Libya yang muncul dari perjanjian Skhirat yang diformulasikan oleh Inggris, akhirnya jadi mengumumkan bahwa dia mengizinkan Amerika melakukan intervensi! Rezim tersebut tidak lagi merasa malu kepada Allah SWT, Rasul-Nya saw dan kaum mukmin dalam meminta negara kafir penjajah untuk melakukan intervensi militer di negeri kita! Meskipun mereka, kafir penjajah melakukan intervensi disebabkan pengkhianatan para penguasa di negeri kita akan tetapi bahwa intervensi itu terjadi dengan permintaan para penguasa itu maka itu lebih menyakitkan dan menyedihkan… Kemudian as-Sarraj, seperti halnya para agen lainnya, tidak merasa keberatan ketika hari ini bertindak dengan sesuatu lalu besok bertindak sebaliknya. Kemarin dia memprotes meski dengan malu-malu terhadap intervensi Perancis, tetapi sekarang ia menyambut intervensi Amerika bahkan memintanya dengan lisannya sendiri!! Para agen itu menjalankan apa yang diperintahkan kepada mereka. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar)… Semua itu dengan harapan Amerika akan setuju membuat Parlemen Tobruk memberikan kepercayaan kepada as-Sarraj dan pemerintahannya!
- Permintaan resmi dari as-Sarraj untuk intervensi militer Amerika dan diikuti dengan pengumuman intervensi militer Eropa telah menjadikan Libya sebagai medan panas bukan hanya untuk pertarungan politik dengan berbagai bahayanya, akan tetapi juga untuk pertarungan militer yang lebih berbahaya lagi!! Sungguh itu merupakan kejahatan besar yang akan mendatagkan kepada pelakunya dan siapa saja yang turut berkontribusi di dalamnya, kehinaan di dunia dan siksa yang sangat pedih di akhirat yang akan menimpanya.
﴿سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ﴾
“Orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya.” (TQS al-An’am [6]: 124)
Sungguh Allah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa telah mengharamkan memberi jalan kepada orang kafir untuk menguasai kaum Mukmin. Meminta tolong kepada kaum kafir membuat mereka memiliki jalan untuk menguasai kaum Mukmin.
﴿وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا﴾
“dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (TQS an-Nisa [4]: 141).
Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa telah mengharamkan bermuwalah kepada orang-orag kafir dan menjadikan siapa yang menjadikan wali orang kafir, dia termasuk orang-orang munafik dan bagi mereka azab yang pedih.
﴿بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا * الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا﴾
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih, (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (TQS an-Nisa’ [4]: 138-139).
Rasul saw telah mengharamkan meminta tolong kepada kaum kafir. Dari ‘Urwah dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah saw bersabda:
«إِنَّا لَا نَسْتَعِينُ بِمُشْرِكٍ» أخرجه الدارمي في سننه
“Kita tidak boleh meminta pertolongan kepada orang musyrik” (HR ad-Darimi di dalam Sunan-ya).
Ath-Thabarani telah mengeluarkan di Mu’jam al-Kabîr dari Hubaib bin Abdurrahman bin Hubaib dari bapaknya dari kakeknya, ia berkata: “Rasulullah saw bersabda:
«فَإِنَّا لَا نَسْتَعِينُ بِالْمُشْرِكِينَ»
“Kita tidak boleh meminta pertolongan kepada orang-orang musyrik”.
Al-Hakim telah mengeluarkan di dalam al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhayn dari Abu Humaid as-Sa’idi ra, Rasulullah saw bersabda:
«فَإِنَّا لَا نَسْتَعِينُ بِالْمُشْرِكِينَ»
“Kita tidak boleh meminta pertolongan kepada orang-orang musyrik”.
Dalam penutup, pemerintahan yang eksis di barat Libya dan di timur Libya adalah agen barat dengan dua sayapnya, Eropa dan Amerika. Maka rakyat Libya wajib mengikuti ghirah terhadap agamanya, negerinya, dan umatnya dengan berjuang menjatuhkan pemerintah-pemerintah yang memberi jalan kepada barat kafir, musuh Islam dan kaum Muslim, untuk melanggar tanah mujahidin penghafal al-Quran al-Karim… Rakyat Libya juga wajib menindak para milisi dan organisasi yang saling berperang satu sama lain sehingga menumpahkan darah yang haram dan saling mengkafirkan, padahal menumpahkan darah yang haram dan mengkafirkan seorang musim merupakan perkara yang agung di sisi Allah SWT dan Rasul-Nya saw. Adapun tentang menumpahkan darah yang haram, at-Tirmidzi telah mengeluarkan di dalam Sunan-nya dari Abdullah bin Amru bahwa Nabi saw bersabda:
«لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ»
“Sungguh lenyapnya dunia lebih ringan bagi Allah dari pembunuhan seorang muslim”.
An-Nasai juga telah mengeluarkan di dalam Sunan-nya dari Abdullah bin Amru dari Nabi saw, beliau bersabda:
«لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ»
“Sungguh lenyapnya dunia lebih ringan di sisi Allah dari pembunuhan seorang muslim”.
Adapun tentang mengkafirkan seorang muslim, al-Bukhari telah mengeluarkan di dalam Shahîh-nya dari Abdullah bin Umar ra.: bahwa Rasulullah saw bersabda:
«أَيُّمَا رَجُلٍ قَالَ لِأَخِيهِ يَا كَافِرُ، فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا»
“Seorang laki-laki yang berkata kepada saudaranya “ya kafir” maka pasti akan kembali kepada salah satu dari keduanya”.
Muslim telah mengeluarkan dari Ibnu Umar dengan lafazh bahwa Nabi saw bersabda:
«إِذَا كَفَّرَ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا»
“Jika seorang laki-laki mengkafirkan saudaranya maka pasti kembali kepada salah satu dari keduanya”.
Dinyatakan di dalam al-Adab al-Mufrad dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah saw bersabda:
«إِذَا قَالَ لِلْآخَرِ: كَافِرٌ، فَقَدْ كَفَرَ أَحَدُهُمَا، إِنْ كَانَ الَّذِي قَالَ لَهُ كَافِرًا فَقَدْ صَدَقَ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ كَمَا قَالَ لَهُ فَقَدْ بَاءَ الَّذِي قَالَ لَهُ بِالْكُفْرِ»
“Jika seseorang berkata kepada yang lain: kafir, maka sungguh telah kafir salah satu dari keduanya, jika orang yang dikatakan itu memang kafir maka dia telah benar, dan jika tidak seperti yang dia katakan maka tuduhan itu kembali kepada orang yang berkata, kafir”.
Begitulah, menumpahkan darah seorang muslim yang haram adalah perkara besar dan besar. Demikian juga pengkafiran seorang muslim juga merupakan perkara besar.
Penutup akhir, kami paham bahwa di negeri yang baik Libya ada banyak tokoh-tokoh mujahidin gagah berani yang bertakwa dan bersih dengan izin Allah. Mereka adalah orang-orang yang kita rasakan kebaikan pada diri mereka. Maka hendaklah mereka berdiri pada posisi kebenaran dan jujur di depan kuartet keburukan itu: kaum kafir penjajah, para penguasa pengkhianat yang keluar dari agama, yang memusuhi syariah Islam al-khilafah ar-rasyidah, yang mengumumkan khilafah sebagai kesia-siaan dan menumpahkan darah yang haram dengan nama al-Khilafah untuk mendistorsi al-Khilafah ar-Rasyidah… Kuartet kejahatan ini wajib ditentang dengan sikap yang benar dan jujur… Meski semua itu, kami tidak berputus asa dari rahmat Allah. Sebaliknya kami sampaikan kepada kaum Muslim kabar gembira kebaikan kembalinya al-khilafah yang benar, al-khilafah ar-rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian, yang akan menjaga keamanan manusia, memelihara urusan mereka, sehingga dengannya Islam dan kaum Muslim menjadi mulia dan kaum kafir dan munafik akan menjadi hina.
﴿وَاللَّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ﴾
“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya” (TQS Yusuf [12]: 21).
9 Dzulqa’dah 1437 H
12 Agustus 2016 M
http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/38822.html#sthash.P7KsLW5j.dpuf