Tanya Jawab

Politik Amerika Terhadap Masalah Palestina dan Masalah Iran

>بسم الله الرحمن الرحيم

Jawab Soal

Politik Amerika Terhadap Masalah Palestina dan Masalah Iran

 

Soal:

Pada Jawab Soal sebelumnya tertanggal 5/2/2017 telah dijelaskan garis-garis besar politik Trump terhadap pemanfaatan “buah” politik Trump di Suriah khususnya tampilnya peran Turki yang kuat dalam penyerahan Aleppo kepada rezim Suriah. Demikian juga politik Trump terhadap pengkerdilan peran Rusia dan pemberian Amerika kepada Inggris peran dengan kadar tertentu di Suriah … Akan tetapi di situ ada dua masalah yang tidak disebutkan, padahal ada pernyataan-pernyataan Trump yang “panas” terkait kedua masalah tersebut! Presiden Amerika Trump pada 15/2/2017 telah membuat pernyataan dalam konferensi pers yang digelar bersama Perdana Menteri entitas Yahudi di Washington berkaitan dengan solusi dua negara bahwa dia tidak akan bersikeras atasnya setelah sekarang, apakah Amerika berlepas diri dari solusi ini? Juga, sejak Trump menjabat presiden Amerika 20/1/2017 ada pernyataan-pernyataan kerasnya terhadap Iran dan berikutnya suasana terhadap Iran mengalami eskalasi. Apakah ada perubahan dalam politik Amerika terhadap peran Iran setelah peran untuk melayani Amerika di kawasan? Terima kasih banyak untuk Anda.

 

Jawab:

Kami akan paparkan dua masalah yang disebutkan agar menjadi jelas pandangan yang rajih dalam dua masalah tersebut, dengan izin Allah:

Pertama: masalah Palestina atau yang mereka namakan Isu Timur Tengah:

  1. Teks berbagai pernyataan yang dibuat presiden Amerika Trump seperti yang dikutip oleh berbagai media global dan lokal dan yang disiarkan langsung adalah: “Presiden Amerika Donald Trump pada Rabu mencatatkan perbedaan baru dalam politik Amerika terhadap Timur Tengah. Hal itu setelah ia menegaskan bahwa solusi dua negara bukanlah satu-satunya jalan untuk menghentikan konflik Israel-Palestina. Seraya ia menonjolkan bahwa dia terbuka dengan opsi-opsi alternatif jika itu bisa mengantarkan kepada perdamaian. Semua presiden Amerika sebelumnya membela solusi dua negara, baik presiden dari Republik maupun Demokrat (website France24, 16/2/2017). Trump mengatakan, “Saya melihat solusi dua negara dan solusi satu negara (…) jika orang-orang Israel dan Palestina senang maka saya akan senang dengan solusi yang mereka pilih, kedua solusi itu sesuai bagi saya” (website al-Jazeera live, 16/2/2017). Solusi satu negara yang disebutkan oleh Amerika untuk pertama kalinya melalui lisan Trump belum dijelaskan oleh Trump. Apakah itu berarti memberi pemerintahan otonomi kepada orang-orang Palestina di dalam negara Yahudi yang satu?! Atau berarti, satu negara sekuler dimana orang-orang Palestina berpartisipasi dalam manajemen negara Yahudi dan itu berarti menyerupai proyek Inggris yang ditawarkan oleh Inggris pada tahun 1939, ketika Inggris mengeluarkan buku putih dan itu menurut model Lebanon? Perlu diketahui bahwa rencana solusi dua negara adalah rencana Amerika sendiri yang ditawarkan sejak tahun 1959 pada masa presiden partai Republik, Eisenhower, dan memaksa apa yang disebut masyarakat internasional untuk menerimanya dan sebaliknya menghantam solusi satu negara yang disodorkan Inggris. Bagaimanapun masalahnya, yang tampak dari penelaahan berbagai pernyataan dan indikasi-indikasinya adalah bahwa Amerika tidak berlepas diri dari rencananya, solusi dua negara. Duta besar Amerika untuk PBB Nikky Haley menegaskan hal itu melalui ucapannya: “Pertama dan sebelum yang lain, solusi dua negara adalah yang kami dukung. Person siapapun yang mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak mendukung solusi dua negara maka ini akan salah… Kami sangat mendukung solusi dua negara. Akan tetapi kami juga berpikir out of the box… Dan itu merupakan perkara yang dituntut untuk menarik kedua pihak itu ke meja perundingan. Dan itu kami perlukan supaya kami bisa membuat keduanya sepakat” (Reuters, 16/2/2017). Ini menegaskan bahwa Trump tidak berlepas diri dari solusi dua negara yang merupakan politik negara Amerika yang diadopsi oleh semua pemerintahan sejak tanggal yang kami tunjukkan. Melainkan Trump ingin mencoba uslub lain dalam hal tekanan, di mana duta besarnya di PBB menegaskan support negaranya terhadap solusi dua negara namun Amerika juga berpikir dalam menggunakan uslub-uslub lainnya, atau di situ ada amandemen-amandemen terhadap solusi dua negara yang ingin Amerika jalankan agar tampak lebih menarik bagi Yahudi. Dubes AS untuk PBB menyebutkan bahwa dia akan berpikir out of the box artinya itu menyerupai aktivitas di dalam kotak dan negaranya mengumpulkan kedua pihak di dalam kotak untuk menerapkan solusi tersebut. Dan sekarang ia ingin melakukan uslub-uslub lain dan menambahkan atau mengurangi sesuatu lainnya terkait dengan solusi, agar menjadi penarik untuk para perunding khususnya Yahudi… Perbedaan uslub itu terjadi. Telah kami sebutkan di dalam Jawab Soal 18/11/2017 seputar politik Trump dalam isu mendasar yang beredar pada masa presiden sebelumnya bahwa garis-garis besar itu tidak diprediksi akan berubah, melainkan uslub-uslub lah yang mungkin berubah. Sistem Amerika dikendalikan oleh berbagai institusi dan masing-masing memiliki wewenang yang naik dan turun. Misalnya, Presiden dan pemerintahannya, Pentagon, Kongres, Dewan Keamanan Nasional dan direktorat-direktorat keamanan… Institusi-institusi ini berpengaruh dalam terjaganya garis-garis besar politik Amerika menjadi semi konstan disertai dengan perbedaan dalam hal uslub-uslub…”
  2. Tampak terjadi keterkejutan dan shock pada otoritas Palestina. Saeb Erekat, negosiator senior dengan Yahudi, dalam waktu yang lama dan sekretaris Komite Eksekutif PLO mengatakan, “Kami yakin bahwa melemahkan solusi dua negara bukan lelucon bahkan merupakan bencana dan malapetaka bagi orang-orang Israel dan Palestina” (Huffington Post, 16/2/2017). Erekat mengatakan, “Alternatif satu-satunya bagi solusi dua negara adalah satu negara demokrasi dan hak-hak yang sama untuk semua, untuk kaum Muslim, orang-orang Masehi dan Yahudi” (Al-Jazeera, 16/2/2017)…. Jadi Otoritas Palestina dan para pengikutnya tidak mengenal kecuali solusi-solusi yang disodorkan oleh kaum kafir imperialis. Jika bukan solusi dua negara Amerika maka merujuk kepada solusi lama Inggris atau yang serupa di bawah pemerintahan Yahudi! Tampak bahwa Amerika tidak mengharap Otoritas dan pengikutnya di atas rencana-rencananya. Otoritas dan pengikutnya adalah orang terakhir yang tahu dan tidak memiliki nilai bagi Amerika, sebab Amerika tahu bahwa Otoritas dan pengikutnya akan tunduk dan memberikan konsesi. Siapa yang telah melepas 80% wilayahnya dan rela menjadi penjaga untuk pencaplok dan justru memerangi rakyatnya dalam jalan menjaga musuhnya, maka dia lebih kecil untuk sekedar dianggap dan diberi nilai. Dia menyalak seperti anjing di belakang orang yang melemparkan tulang kepadanya!
  3. Adapun sikap entitas Yahudi meski Perdana Menterinya Netanyahu memuji Presiden Amerika dan dukungannya kepada entitas Yahudi, akan tetapi dia tidak menyebut sedikit pun tentang seputar solusi dua negara dalam konferensi pers bersama dengan Trump. Dari hal itu tampak bahwa ia tidak senang dengan pernyataan-pernyataan Trump. Seolah di situ ada perkara-perkara yang tidak dia ridhai, maka ia menguatkan untuk tidak menyinggungnya sehingga tidak menimpakan pada para pengikutnya Yahudi kekecewaan di mana mereka telah menggelar konferensi itu bersama Trump… Tampak bahwa tuntutannya tidak tercapai maka dia tidak ingin menampakkan hal itu. “Netanyahu telah ditanya tentang jika dia telah menawarkan isu Golan lalu dia menjawab seraya berkata: “benar”. Dan saat ditanya tentang respons presiden Amerika, Netanyahu berkata, “Saya tidak akan mengatakan bahwa dia terkejut dengan permintaan saya”, tetapi dia tidak menyebutkan lebih detil” (Reuters arabic, 16/2/2017). Netanyahu juga tidak menyebut pemindahan kedutaan besar Amerika ke Yerusalem seperti yang dijanjikan oleh Trump dalam kampanye pemilunya. “Trump pada Ahad berkata bahwa kontak telepon dengan Netanyahu adalah “baik”. Hal itu dia sampaikan dalam pidato setelah Gedung Putih mengungkap bahwa Gedung Putih sedang dalam “tahap-tahap pertama” pembicaraan untuk melaksanakan janji presiden memindahkan kedubes Amerika di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem. Juru bicara Gedung Putih Sean Spicer mengatakan dalam keterangan, “kami berada dalam tahap-tahap sangat dini dalam mendiskusikan topik ini”. Ia mengatakan bahwa tidak ada pengumuman yang dekat tentang pemindahan kedubes, dan itu merupakan langkah yang dalam kemungkinan lebih rajih akan memunculkan kemarahan di dunia Arab (Sky News Arabic, 22/1/2017). Netanyahu lebih menguatkan untuk memfokuskan pada perang terhadap Islam yang mengancam entitas Yahudi. Ia mengatakan, “Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan kesiapannya untuk membantu Washington dalam memerangi Islam radikal dan menghancurkannya (al-Khalej online, 15/2/2017)… Sesungguhnya mereka mengatakan “Islam radikal” sebagai titik masuk dan dalih untuk memerangi Islam yang telah diturunkan oleh Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana kepada rasul-Nya saw. Jadi Islam adalah Islam yang membuat baik kondisi umat dan itu adalah haqq.

﴿فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ﴾

“Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (TQS Yunus [10]: 32).

 

Kedua: Topik Iran:

Benar, pemerintahan Trump menaikkan eskalasi hubungan dengan Iran. Ini sangat mencolok… Untuk memahami tujuan dari ancaman-ancaman Amerika yang baru kepada Iran dan sejauh mana hal itu maka harus dipaparkan politik Amerika terhadap Iran sebelum Trump dan sesudahnya, agar kita bisa melihat jika terjadi perubahan dan di mana:

  • Politik Amerika Terhadap Iran Sebelum Trump:
  1. Selama perang terhadap Irak, Iran memanfaatkan semua pengaruhnya sehingga pendudukan Amerika atas Irak stabil. Kelompok-kelompok yang loyal kepada Iran tidak memerangi Amerika pada waktu di mana provinsi-provinsi utara dan barat di Irak meradang, dan di situ tidak ada pengaruh Iran. Koordinasi antara Amerika dan Iran di Irak terjadi pada semua tingkatan dan implementasinya terjadi di atas langkah penuh, dan tidak ada yang melupakannya kecuali orang yang buta… Demikian juga di Yaman. Iran mendukung Houthi. Orang-orang Houthi itulah yang utusan internasional Amerika (yang dulu yaitu Jamal bin Omar dan yang sekarang Walad asy-Syaikh) mengokohkan peran mereka di pemerintahan Yaman. Mereka yakni Houthi lah yang bertemu dengan menteri luar negeri AS John Kerry di Musqat pada akhir 2016 padahal Houthi sama seperti Iran mengangkat syiar “setan terbesar” dan syiar “kematian untuk Amerika”. Jadi peran Iran di Yaman adalah peran mendukung penuh Amerika… Dan di Suriah, potretnya lebih jelas dari matahari. Sebab Iran mendukung Bashar secara langsung dan dengan milisinya. Koalisi internasional Amerika membom revolusi di Suriah, bahkan tidak terbatas pada ISIS saja, melainkan juga membom kelompok-kelompok yang beragam dan membunuh pemimpinnya. Semua itu, di bawah dalih terorisme. Pesawat tempur Amerika tidak membom partainya Iran di Lebanon padahal secara militer diklasifikasikan sebagai teroris. Jadi peran Iran di Suriah adalah bagian dari politik Amerika… Kemudian, Amerika-Obama menandatangani perjanjian nuklir Iran pada Juni 2015 dengan kekuatan internasional. Amerika ingin meringankan batasan, beban dan sanksi-sanksi dari Iran agar Iran bisa menjalankan tuntutan-tuntutan yang makin meningkat untuk politik Amerika di kawasan khususnya pasca revolusi-revolusi “arab spring”. Dan juga untuk memungkinkan Iran mengekspor minyaknya dan membelanjakannya pada tuntutan-tuntutan politik Amerika di Yaman, Suriah dan Lebanon… Begitulah, pernyataan-pernyataan Amerika yang terdengar menentang Iran sejak revolusi tahu 1979, dan pernyataan-pernyataan Iran yang lebih keras menentang Amerika dan menyifati Amerika sebagai “setan terbesar”, semua itu menjadi ucapan yang lenyap diterbangkan angin. Aktivitas-aktivitas dan politik-politik yang dijalankan dikoordinasikan penuh di antara keduanya membenarkan berita-berita dari rekor pernyataan dan ucapan yang membosankan. Pemahaman politik bergantung pada aktivitas-aktivitas dan bukan hanya pada ucapan-ucapan.
  2. Pemerintahan Obama dibandingkan pemerintahan Amerika lainnya sejak revolusi 1979 adalah yang paling konsisten membebaskan tangan Iran di negeri-negeri sekitar Iran. Maka muncullah yang akhirnya dikenal “peran Irani” di Yaman dan Suriah di samping di Irak dan Lebanon. Dengan memperhatikan perluasan dan pemberian keleluasaan oleh Amerika untuk peran Iran kita temukan bahwa hal itu didorong oleh beberapa motif yang diantaranya motif lama dan motif baru di Washington. Hal itu sebagai berikut:
  3. Motiv-motiv lama, adalah mendorong Iran meningkatkan ancamannya untuk negara-negara teluk sampai Amerika menguasai kilang-kilang minyak. Visi lama Amerika untuk peran Iran ini dahulu memungkinkan Amerika menancapkan batu pijakan di Teluk, yakni pada kilang-kilang minyak. Akan tetapi dengan terjadinya invasi Irak ke Kuwait tahun 1990, tersedialah untuk Amerika sebab-sebab selain Iran untuk mengikat kilang-kilang minyak itu. Sebab Amerika dengan memanfaatkan invasi ini bisa menancapkan pangkalan-pangkalan militernya di sebagian besar negara teluk. Oleh karena itu, mereduplah ancaman-ancaman Iran, mengingat hilangnya keperluan Amerika untuk ancaman Iran itu dari sisi minyak.

Setelah neo konservatif menguasai pemerintahan di Amerika selama pemerintahan Bush Jr dan pendudukan Amerika terhadap Irak tahun 2003, maka motif-motif lama Amerika itu membuat Amerika menggerakkan kembali Iran. Akan tetapi kali ini pada level memicu sektarianisme. Hal itu mengingat rencana-rencana Amerika dalam menetapkan kembali garis batas Sykes-Picot baru dengan memecah negara-negara secara riil di atas asas sektarian meskipun negara-negara itu masih berdiri secara formal. Maka Amerika berbicara tentang peta baru Timur Tengah. Amerika menggerakkan Iran untuk mendukung kelompok-kelompok sektarian untuk mengadakan garis batas baru yang digariskan dengan darah untuk peta sektarian model Amerika untuk Timur Tengah. Batas-batas sektarian telah tampak sangat jelas di Irak. Kemudian meluas ke Yaman, Suriah, Lebanon, Saudi, Bahrain, Pakistan dan Afghanistan serta lainnya, setelah Iran mengusung syi’ar “minoritas” yakni Iran menjalankan politik menjaga minoritas yang diserukan oleh Amerika. Di sini mencuatlah peran Iran secara menyolok.

  1. Adapun motiv-motiv baru dan emergensi, adalah “arab spring”. Sebab Amerika menemukan dirinya sendiri ada di depan bahaya-bahaya dan dari jenis yang baru. Perlawanan-perlawanan “arab spring” meletus di Tunisia, Yaman, Mesir, Libya dan Suri secara mengejutkan. Dan Amerika tidak siap untuk mempertahankan pengaruhnya di depan revolusi-revolusi populer yang mengancam menghapus pengaruh Amerika itu. Sementara Amerika tidak mungkin mengirimkan pasukan ke depan untuk mempertahankan pengaruhnya mengingat apa yang dialami oleh masyarakat Amerika dari persoalan Irak. Dan Amerika tidak memiliki kekuatan lokal yang bisa mempertahankan pengaruhnya secara mencukupi. Agen paling penting Amerika di kawasan yakni Mesir dan Suriah, jadi berada di bawah api perlawanan dan revolusi. Karena itu, di Amerika dengan cepat tumbuh motiv-motiv baru dan emergensi atas wajibnya bersandar kepada Iran secara besar. Maka Iran didorong maju membungkam revolusi di Suriah khususnya dan meningkatkan dukungan kepada partai Lebanonnya (Hezbollah) untuk menghalangi revolusi juga melanda Lebanon setelah insiden-insiden Tripoli dan Shaida. Juga meningkatkan bantuan kepada para pengikut Iran di Bahrain dan Yaman untuk merealisasi pengaruh Amerika di situ, menggalahkan pengaruh Inggris. Semua itu berdasarkan terjadinya revolusi-revolusi. Dengan motiv-motiv baru Amerika ini akhirnya peran Iran yang memakai baju sektarian menjadi sangat menakutkan dan besar di kawasan. Politik Amerika ini menyebabkan munculnya saling mendekatnya Amerika Iran secara terbuka. Media-media massa membicarakan pengiriman-pengiriman finansial Amerika menggunakan pesawat ke Iran setelah kesepakatan nuklir dan transaksi-transaksi perdagangan dengan perusahaan Boeing. Media massa juga menyebutkan bahwa para pejabat Amerika bertemu dengan bank-bank Eropa untuk memfasilitasi transaksi dengan Iran dan menghilangkan kekhawatiran-kekhawatiran bank-bank itu dari sanksi-sanksi Amerika…
  2. Seiring kembalinya Saudi ke dalam dekapan Amerika setelah wafatnya Abdullah yang memiliki loyalitas kepada Inggris dan agen Amerika Salman dan putranya menerima tampuk pemerintahan di Saudi pada tahun 2015 dan al-Sisi menerima tampuk kepresidenan di Mesir tahun 2014, maka agen-agen Amerika di kawasan menjadi kuat dan tersedialah bagi Amerika kemungkinan mempertahankan pengaruhnya tanpa menggunakan Iran. Ini dari satu sisi… Dari sisi lain, Amerika melihat kelemahan Iran sebab Iran dengan semua milisinya, garda dan dukungannya tidak bisa menghancurkan kehendak revolusi Suriah. Maka Amerika beralih untuk menarik Rusia ke Suriah. Akan tetapi Rusia tidak bisa menggantikan peran Iran, melainkan mendukung peran Iran. Semua itu membuka cakrawala di Washington untuk berpikir tentang diversifikasi alat-alat politiknya dan bahwa bersandar secara kuat dan hampir satu-satunya dengan kuat terhadap Iran tidak lagi efektif…

Seiring makin dekatnya akhir masa pemerintahan Obama yang kedua, kunci-kunci untuk melingkupi revolusi Suriah terkumpul pada Turki. Maka Amerika mulai mempertemukan antara dua politik mencabut “Iran dan Rusia” dan politik pelingkupan (containment) oleh Turki untuk menghancurkan kehendak revolusi Suriah, kemudian peran Saudi untuk menjinakkan oposisi di Riyadh!

Begitulah, peran Iran di kawasan adalah politik Amerika yang telah dikaji secara akurat. Dan bahwa peran Iran ini meluas dan menyempit sesuai tuntutan-tuntutan politik Amerika dan sesuai kondisi. Sejak tahun 1979, Amerika tetap menjaga Iran sebagai ancaman “revolusioner dengan kedok islami” menentang negara-negara kawasan. Kemudian hal itu meluas ke “ancaman sektarian yang keras” setelah neo konservatif menerima tampuk pemerintahan di Amerika. Kemudian menjadi “peran regional dan sangat penting” yang memiliki bobot dalam situasi arab spring. Akan tetapi ketika agen-agen Amerika lainnya di kawasan kembali sehat semisal Mesir, atau pemerintahan kembali ke tangan mereka seperti di Saudi, atau menjadi mungkin dimanfaatkan seperti di Turki, maka Amerika mengadakan peran-peran lainnya di samping peran Iran dan tanpa membutuhkan peran Iran.

Penting disebutkan di sini bahwa peran Iran di kawasan seperti halnya peran-peran agen Amerika lainnya, tidak mencerminkan pengaruh hakiki Iran dan lainnya diantara para pengikut Amerika. Amerika meningkatkan atau menurunkan peran-peran itu tanpa memperhatikan kepentingan negara-negara itu… Misalnya, Iran membelanjakan harta di Suriah yang menghabiskan anggarannya tanpa memperhatikan infrastruktur Iran yang rusak parah. Dan Iran tahu bahwa Amerika mungkin menghentikan peran Iran di Suriah ketika keperluan Amerika terhadapnya hilang! Demikian juga, Amerika menyulitkan Iran secara besar di depan para pengikutnya (Houthi) dengan menumbuhkan peran untuk Saudi di Yaman. Saudi telah tampil memberikan dukungan militer langsung kepada para pengikutnya, sementara pada waktu yang sama Iran menyerah pada peran Saudi dan kontrol Saudi atas atmosfer di Yaman. Maka Iran pun bersembunyi di belakang kapal kecil untuk mengirimkan sedikit senjata untuk Houthi… Boleh jadi dalam memonitor peran Turki di Suriah dan jatuhnya garis-garis merahnya bahkan perubahan logat pernyataan-pernyataan dan sikap-sikapnya, menampakkan bagaimana Amerika tidak mempedulikan para penguasa itu selamanya. Amerika membuat mereka dalam masalah dan membuat mereka marah tanpa berkedip sama sekali! Yakni Amerika memperluas dan menurunkan peran para pengikut itu secara kontinu sesuai kepentingan-kepentingan Amerika tanpa mempedulikan para pengikut itu.

 

Politik Amerika Terhadap Iran Setelah Trump:

Dalam atmosfer ini, yakni pemberian peran oleh Amerika kepada negara-negara regional lainnya selain Iran, yaitu Turki dan Saudi, dan karenanya peran Iran menurun, dalam atmosfer ini Trump datang ke pemerintahan di Gedung Putih. Ada kemungkinan politik Amerika dengan uslub sebelumnya terus berlanjut tanpa keributan terhadap Iran dan tiga negara regional itu terus berlanjut dalam melayani Amerika, masing-masing sesuai perannya… Namun Trump ingin menggerakkan hantu Iran untuk provokasi ekonomi berdasarkan pendekatan mafia yang dijalankan Trump dengan penuh nafsu. Oleh karena itu, Trump mulai menaikkan eskalasi suasana dengan Iran. Trump menyerang Iran dengan tweet di twitter. Trump menyifati Iran sebagai sponsor terorisme. Trump menuduh Iran mengancam Amerika dan sekutunya. Trump pun menampakkan agresivitas akan menindak Iran dan menjatuhkan sanksi-sanksi tambahan yang menimpa 25 individu dan entitas di Iran pada 3/2/2017 dampak dari percobaan rudal Iran. Trump menggambarkan kesepakatan nuklir dengan Iran sebagai sesuatu yang buruk. Trump mengisyaratkan kemungkinan mengoreksi dan menghapus kesepakatan nuklir itu, artinya Amerika menarik diri dari kesepakatan itu. Di sini langsung terlintas bahwa Trump melakukan perubahan besar dalam politik Amerika. Dan supaya bisa dipahami pandangan Trump “yang baru” terhadap Iran dan perannya serta sejauh mana kemungkinan Trump melakukannya terhadap Iran, kami paparkan perkara-perkara berikut:

  1. Politik orang-orang Republik sengaja menampakkan kekuatan dan sikap keras. Ini tampak pada semua parameter politik luar negeri Trump, termasuk diantaranya berkaitan dengan Iran.
  2. Benar, di situ ada isu baru dalam pandangan Amerika-Trump terhadap Iran! Latar belakang pandangan ini bahwa presiden Trump telah berjanji menyelesaikan banyak masalah ekonomi Amerika. Ia meminta secara kasar agar negara-negara dunia membayar kepada Amerika kompensasi dari perlindungan Amerika terhadap negara-negara itu dari bahaya. Hal baru itu juga mencakup Jepang dan Korea Selatan, negara-negara Eropa dan Atlantik. Negara-negara teluk yang kaya juga tidak dikecualikan, bahkan negara-negara teluk yang kaya adalah sasaran yang paling mudah. Telah disebutkan sebelumnya bahwa motiv-motiv lama dan motiv-motiv baru Amerika telah meninggikan bahaya Iran dan perannya di kawasan teluk dan bahwa momok Irani pada masa Obama telah menjadi bahaya yang mengancam di pintu-pintu teluk, maka presiden Trump ingin memetik buahnya secara ekonomi dalam masalah ini dan menurut pendekatan ala mafia. Maka Trump ingin mengumpulkan royalti-royalti minyak yang besar dari negara-negara teluk sebagai kompensasi dari tekanan terhadap Iran dan penurunan peran Iran serta perlindungan atas negara-negara itu dari bahaya Irani. Oleh karena itu dan di depan tekanan Amerika ini, Iran harus memperlihatkan kepada negara-negara Teluk melakukan percobaan nuklir baru. Tidak jauh kemungkinannya bahwa hal itu atas koordinasi penuh dengan Amerika, dan tidak mengejutkan dalam hal timingnya. Artinya Iran menegaskan bahayanya terhadap negara-negara kawasan namun tidak mendapatkan manfaat dari hal itu, tetapi yang mendapat manfaat adalah Amerika yang hari ini meminta harta besar sebagai kompensasi perlindungan terhadap para penguasa dari bahaya Irani. Pernyataan-pernyataan Trump selama kampanye pemilu menegaskan pandangan ini. Dan dari pernyataan-pernyataan itu yang menunjukkan pada “pemikiran baru” Trump ini adalah sebagai berikut:

CNN arabic menyebutkan pada 19/8/2015 bahwa “Donald Trump meminta Saudi membayar dana kepada Amerika kompensasi atas perlindungan terhadap Saudi dari kelengserannya. Trump berkata “Saudi akan berada dalam masalah besar dalam waktu dekat dan akan memerlukan bantuan kita… seandainya bukan karena kita niscaya Saudi tidak ada dan tidak akan bertahan”.

– Dikutip dari situs CNN arabic (27/9/2016) Trump berkata: “kita mempertahankan Jepang, Jerman, Korea Selatan, Saudi, dan sejumlah negara. Mereka tidak membayar kepada kita (kompensasi hal itu) sesuatupun. Tetapi mereka harus membayar kita. Sebab kita menyediakan pelayanan besar kepada mereka dan kita kehilangan kekayaan… Semua yang saya katakan adalah bahwa sangat mungkin bahwa mereka tidak membayar bagian mereka secara adil… mungkin mereka terpaksa akan mempertahankan diri mereka sendiri atau mereka harus meminta bantuan kita. Kita ini negara yang memiliki utang mencapai 20 triliun dolar. Mereka harus membayar bantuan kita”. Trump menambahkan menegaskan atas pentingnya “kemampuan negosiasi dalam kesepakatan-kesepakatan perdagangan”. Ia mengomentari: “Anda harus mampu bernegosiasi dengan Jepang dan Saudi. Apakah Anda berkhayal kita akan membela Saudi? Dengan semua harta yang dimiliki Saudi, kita membelanya dan mereka tidak membayar sesuatupun untuk kita?”

Website Al-Jazeera pada 26/1/2017 menyebutkan, “presiden Amerika menyebutkan bahwa Irak memiliki kekuatan sebanding Iran. Hanya saja Amerika keliru ketika masuk Irak –ia menunjuk pada perang Amerika terhadap Irak tahun 2003- kemudian menyerahkan Irak kepada Iran, ia menunjuk pada bahwa pemerintahan Amerika harus tetap di Irak dan mengontrol minyak Irak”. Website Reuters arabic pada 24/1/2017 menukil, “dalam pidato di depan para pejabat CIA, Trump mengisyaratkan bahwa Amerika Serikat harus mengambil minyak Irak untuk membayar biaya perang tahun 2003”.

  1. Semua itu menegaskan apa yang tersimpan dalam pola pikir Trump yang mencari kontrak-kontrak sebagai kompensasi perlindungan negara-negara kecil teluk dari bahaya Irani terhadap mereka agar negara-negara itu membayar biaya perlindungan itu. Artinya, meletakkan harta-harta negara itu secara lebih luas di bawah pengelolaan Amerika demi menjaga kursi pemerintahan di situ. Amerika bertindak terhadap para penguasa itu dalam posisi mereka sebagai anak remaja. Pola pikir mafia ini pada pemerintahan Trump ditegaskan oleh bayak fenomena… Presiden Trump buka satu-satunya pihak Amerika yang mengadopsi jalan royalti internasional yang besar. Kongres AS telah mengadopsi UU JASTA tahun 2016 yakni pada masa pemerintahan Obama. Dengan UU itu mungkin untuk menahan dana milik Saudi dan negara-negara teluk lainnya disebabkan aksi-aksi “terorisme”… Hal itu, bahwa Amerika mengalami krisis-krisis ekonomi riil yang memaksanya untuk mengurangi APBN-nya. Amerika juga menghadapi utang yang membubung dan naiknya Cina secara ekonomi. Amerika terus mencari solusi-solusi besar. Sebab pemerintahan Bush Jr memandang solusi ekonomi itu adalah dengan menduduki Irak dan menginvestasikan minyaknya. Akan tetapi perlawanan Irak menghalangi hal itu. Maka pemerintahan Bush Jr terpaksa membelanjakan 3 triliun dolar dalam bencana Irak. Obama berusaha menghantam wilayah tax havens Inggris untuk menarik dana besar dari pulau-pulau yang dikendalikan itu ke Amerika. Kemudian ada UU JASTA untuk mendapatkan dana pajak dan denda “terorisme”. Dan sekarang Trump ingin agar dunia kaya membayar royalti internasional kompensasi dari perlindungan Amerika sebagai jalan mengatasi dilema ekonomi Amerika. Trump tenggelam dengan janjinya mengatasi utang Amerika (20 triliun dolar) selama delapan tahun!
  2. Slogan-slogan yang diangkat oleh Trump “mengembalikan Amerika jadi adidaya” mengharuskan Amerika Serikat melakukan intervensi langsung dan menolak politik Obama yang bersembunyi di balik peran-peran pihak lain. Pemerintahan Trump berusaha mengembalikan peran langsungnya di Suriah melalui pernyataan wilayah-wilayah aman di Suriah, dan mengambilnya dari Rusia. Begitu juga dengan alasan yang sama, peran besar dan mengerikan Iran telah sampai ke batas akhir untuk direview. Karena itu, pemerintahan Trump berpikir serius dalam menurunkan peran Iran setelah menuntaskan tujuan ekonomi dari hal itu, akan tetapi tanpa tidak memerlukannya, bahkan agar menjadi peran penyempurna untuk peran Turki dan Saudi dan bukan sebagai alternatif pengganti dari keduanya. Artinya Iran tidak memiliki peran pemimpin khususnya di Suriah. Bahkan peran Iran menurun drastis pengaruhnya dibanding peran Turki lalu peran Saudi. Akan tetapi peran Iran tetap ada dalam melayani rencana-rencana Amerika. Jadi Amerika tetap membutuhkan peran ini di kawasan.
  3. Begitulah, penilaian terhadap masalah perubahan untuk peran Iran tidak dibangun di atas pernyataan-pernyataan dan ucapan-ucapan sama dengan kadar yang dibangun di atas aksi-aksi. Sebab kebisingan saat ini seputar Iran di Washington sebagian besarnya tidak sampai ke tingkat perubahan riil. Misalnya, “presiden Iran Hassan Rouhani mengumumkan dalam pidatonya bertepatan dengan perayaan 38 tahun revolusi Iran bahwa Iran akan membuat Amerika Serikat menyesal atas bahasa sanksi-sanksi. Rouhani menunjuk kepada partisipasi Iran dalam menghidupkan peringatan “revolusi Islami” menunjukkan kekuatan nasional di seluruh negeri. Ia menekankan bahwa partisipasi ini adalah pesan jelas merespon pernyataan-pernyataan keliru para pemimpin Gedung Putih” (Russia today, 10/2/2017). Lalu Presiden Amerika Trump merespon dengan ucapannya “berhati-hatilah”. “Presiden Amerika Donald Trump pada hari Jumat menyeru presiden Iran Hassan Rouhani untuk berhati-hati setelah media massa menukil ucapan Rouhani bahwa person siapapun yang mengancam warga Iran, dia akan menyesal. Trump berkata “berhati-hati lebih baik untuk Anda” (Reuters, 10/2/2017). Ini dan pernyataan serupa seperti kesepakatan nuklir ada di bawah rekord membosankan dari konflik Amerika-Iran… Adapun keadaan di lapangan maka yang terjadi adalah koordinasi, kerjasama dan implementasi rencana-rencana Amerika. “Mugireny mengatakan kepada para wartawan pada sore hari dilangsungkannya pertemuan dengan para pejabat di pemerintahan Amerika Donald Trump pada 9 Februari lalu: “bertolak dari apa yang dikatakan dalam pertemuan-pertemuan itu saya mendapat penegasan tekad mereka berkomitmen dengan implementasi kesepakatan nuklir dengan Iran secara penuh” (Russia today, 10/2/2017). Adapun sanksi-sanksi baru Amerika yang dijatuhkan terhadap Iran maka cakupannya adalah sempit. Meskipun dikaitkan dengan pernyataan-pernyataan yang memberi pesan bahwa Amerika mereview peran Iran, akan tetapi reviewnya itu sebagai politik untuk Iran. Jadi Amerika mengkaji keberhasilan dan kegagalannya dan bagaimana mungkin menginvestasikannya secara ekonomi dan politik untuk kepentingan-kepentingan Amerika yang tinggi. Review peran Iran bukanlah eksklusif dilakukan Trump saja, akan tetapi calon presiden dari Demokrat Hillary Clinton juga menyerukan pe-review-an itu selama kampanye pemilunya. Hillary mensifati kebijakan “kepercayaan dan verifikasi –trust and verify-” yang diikuti terhadap Iran sebagai “kebijakan tidak baik”. Ia akan menggantinya dengan kebijakan “tidak percaya pada Iran”. Hillary berjanji akan kembali menjatuhkan sanksi-sanksi terhadap Iran akibat pelanggaran sekecil apapun terhadap kesepakatan nuklir, bahkan Hillary akan menggunakan kekuatan militer melawan Iran dalam kondisi Iran melanggar kesepakatan” (ash-Sharqu al-Awsath, 22/3/2016). Artinya bahwa review oleh pemerintahan Trump atas peran Iran adalah kebijakan negara di Amerika. Akan tetapi seperti yang kami sebutkan di atas, review itu untuk peran Iran secara ekonomi dan politik dalam melayani kepentingan-kepentingan Amerika.

Sebagai penutup, maka sungguh merupakan perkara memalukan di mana Amerika membusuk dari dalam akibat nilai-nilainya yang rusak dan peradabannya yang busuk. Sungguh perkara memalukan, Amerika yang sedang membusuk ini memiliki pengaruh di negeri kaum Muslim secara luas dan orang-orang yang menilai diri mereka sendiri sebagai penguasa justru bersaing melayani Amerika!! Sungguh menyakitkan, negeri kaum Muslim menjadi medan untuk rencana-rencana kaum kafir imperialis! Akan tetapi, sebabnya sudah diketahui. Kami katakan dan kami ulangi… Sesungguhnya sebab hal itu adalah tidak adanya khalifah, imam yang dijadikan pelindung. Dari Abu Hurairah dari Nabi saw, beliau bersabda:

«إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ، يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ، وَيُتَّقَى بِهِ» أخرجه مسلم

“Sesungguhnya tidak lain seorang imam itu laksana perisai, orang berperang di belakangnya dan berlindung di belakangnya” (HR Muslim).

Yang wajib atas setiap Muslim yang mencintai Allah dan rasul-Nya saw menjadikan hal ini sebagai agenda vital: berjuang sungguh-sungguh dan penuh kesungguhan degan ikhlas karena Allah SWT dan dengan percaya kepada Rasul-Nya saw, hal itu untuk menegakkan al-Khilafah ar-Rasyidah, sehingga terealisasilah berita gembira Rasul yang mulia setelah pemerintahan diktator ini seperti yang ada di dalam hadits shahih yang dikeluarkan oleh Ahmad dan ath-Thayalisi, dan redaksi menurut ath-Thayalisi: Hudzaifah ra berkata: “Rasulullah saw besabda:

«…ثُمَّ تَكُونُ جَبْرِيَّةً، فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ»…

“… kemudian ada kekuasaan diktator, dan akan terus ada atas kehendak Allah, kemudian Dia mengangkatnya jika berkehendak mengangkatnya, kemudian akan ada khilafah yang mengikuti manhaj kenabian”…

Dan berikutnya, kaum Muslim menjadi mulia dan kaum kafir imperialis menjadi hina dan mundur dari negeri kaum Muslim ke pusat negeri mereka jika masih tersisa bagi mereka pusat negeri itu.

﴿وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّهُ الَّذِينَ آمَنُواْ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَاء وَاللّهُ لاَ يُحِبُّ الظَّالِمِينَ﴾

“Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim” (TQS Ali Imran [3]: 140).

 

 

26 Jumaduts Tsaniyah 1438 H

23 Februari 2017 M

 

http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/42352.html#sthash.pO4zylZ7.dpuf

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close