Fiqih

Mencegah Stress pada Istri

 

Apa Itu Stres

Stress merupakan reaksi tubuh pada diri seseorang akibat berbagai persoalan yang dihadapi. Gejala-gejalanya mencakup mental, sosial dan fisik; bisa berupa kelelahan, kemurungan, kelesuan, kehilangan atau meningkatnya nafsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur atau malah tidur berlebihan. Perasaan was-was dan  frustrasi juga bisa muncul bersamaan dengan stress.

 

Menurut penelitian Baker dkk (1987), stress pada diri seseorang akan mengubah cara kerja sistem kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stress bisa menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit berupa menurunnya jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut mudah terserang penyakit, dan sulit sembuh karena tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, atau sel-sel antibodi banyak yang kalah. Stress yang sudah berjalan sangat lama akan membuat letih health promoting response dan akhirnya melemahkan penyediaan hormon adrenalin dan daya tahan tubuh. Banyak penelitian yang menemukan adanya kaitan sebab-akibat antara stress dengan penyakit seperti jantung, gangguan pencernaan, darah tinggi, maag, alergi, dan beberapa penyakit lainnya. Oleh karenanya, perlu kesadaran penuh setiap orang untuk mempertahankan tidak hanya kesehatan dan keseimbangan fisik saja, tetapi juga psikisnya agar tidak mudah dihinggapi stess. 

Mengenali Sumber Stress

Penyebab stress kadangkala mudah untuk dideteksi, tetapi seringkali sulit untuk diketahui. Ada yang mudah untuk dihilangkan, ada yang sulit atau bahkan tidak bisa dihindari. Tiga sumber utama stess adalah faktor lingkungan, fisik dan pikiran. Khusus tentang stress yang menimpa para istri biasanya menyangkut persoalan ekonomi, kesehatan, anak, keluarga besar (orangtua, mertua, ipar dan lain-lain), lingkungan kerja dan tempat tinggal, suami, dan masalah pergaulan (tetangga, teman dan sebagainya).

Harga kebutuhan pokok yang terus merangkak naik, misalnya, sementara penghasilan suami yang tidak mengalami perubahan, membuat para istri bingung bagaimana mengatur keuangan rumah tangga. Belum genap satu bulan uang belanja yang diberikan suami sudah tidak cukup lagi untuk menutupi kebutuhan sehari-hari sampai akhir bulan. Padahal bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok saja, tetapi uang juga diperlukan untuk biaya pendidikan dan kesehatan anak-anak. Relasi sosial yang sehat hanya dapat terbentuk jika kebutuhan dasar masyarakat mulai dari sandang, pangan dan papan serta kesehatan, pendidikan dasar terpenuhi, serta tersedianya ruang publik yang memungkinkan orang berinteraksi secara normal. Tidak terpenuhinya semua kebutuhan dasar menyebabkan orang mudah frustasi dan putus harapan karena merasa tidak memiliki masa depan. Seseorang cenderung  kecil hati dan cepat menyerah menghadapi realitas hidup yang dirasakan makin berat itu.

Menurunnya kesehatan selaras dengan bertambahnya usia juga bisa menjadi sumber stress pada diri para istri. Konsumsi makanan yang kurang gizi, kurang tidur dan olah raga juga akan mempengaruhi respons terhadap stress. Anak juga dapat menjadi penyebab potensial munculnya stress istri. Mendidik anak pada masa sekarang ini memang tidak mudah. Repot dan capek adalah dua hal ini yang sering terucap pada para istri ketika sudah merasa jenuh dengan anak-anak. Apalagi jika anak sudah mulai cenderung bertindak semaunya, susah tidur dan tidak mau makan, mengacak-acak apa saja yang ada di rumah. Rumah sudah ditata rapi akan kembali bagaikan kapal pecah. Apalagi jika anak-anak berantem satu sama lain hanya karena persoalan sepele.

Kehadiran mertua, campur tangan nenek ketika mengarahkan anak-anak dan menyelesaikan persoalan rumah tangga, ipar yang tinggal bersama juga bisa memicu stress istri. Privasi menjadi tidak terjaga dan kebebasan untuk melakukan segala hal di rumah sesuai dengan keinginannya menjadi tidak terpenuhi. Jangan salah, suami yang seharusnya menjadi orang terdekat istri bisa juga justru menjadi sumber stress utama. Komunikasi yang tidak berjalan baik, suami yang tidak makruf memperlakukan istri serta tidak mau mengerti dan sebagainya ditambah ketidakmampuan istri untuk mengungkapkan keinginan atau pendapat akan menjadi bom waktu yang siap meledak setiap saat.

Lingkungan (masyarakat) juga dapat menjadi penyebab timbulnya stress. Masyarakat yang berpaham materialis cenderung individualis. Kepekaan terhadapan lingkungan sosialnya sangat rendah. Orang akan bersaing untuk bisa unggul dari dari segi materi tanpa peduli dengan kepentingan orang lain. Hubungan interpersonal semakin fungsional dan cenderung mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan seperti keramahan, perhatian, toleransi dan tenggang rasa. Akibatnya, tekanan isolasi dan keterasingan kian kuat; orang makin mudah kesepian di tengah keramaian. Ini yang disebut lonely crowded, gejala mencolok dari masyarakat materialis di mana-mana. 

Mengatasi Stress

  1. Bantu mengatasi masalah.

Satu hal penting dalam mengatasi masalah adalah fokus di dalam penyelesaian masalah. Bantulah istri jika tidak mampu mencari inti masalahnya. Mungkin bisa diawali dengan melakukan analisis kecil dari setiap kejadian yang bisa mengakibatkan stress. Bagaimana mungkin penyelesaian masalah akan didapat kalau masalahnya sendiri tidak dimengerti. Luangkan waktu khusus bersama istri untuk membicarakan banyak hal yang sekiranya bisa menimbulkan stress seperti soal anak-anak, keuangan, kehadiran anggota keluarga lain di rumah, keterbatasan dan kesibukan suami dan lain-lain.

  1. Hindari perkara yang akan  menimbulkan masalah.

Jika sudah tahu bahwa ada aktivitas yang akan meninbulkan masalah baru maka sebaiknya jangan dilakukan. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup karena kesulitan ekonomi dengan berutang. Berutang memang salah satu jalan untuk mendapatkan uang dengan mudah. Sejenak masalah mungkin terselesaikan. Namun, sesudah itu, akan timbul masalah baru, bagaimana membayarnya.

  1. Jauhkan diri dari situasi-situasi yang menekan.

Beri kesempatan istri untuk beristirahat walau hanya beberapa saat setiap hari. Tubuh yang terlalu lelah sangat mudah sekali untuk mengalami stress. Sesekali berikan kebebasan kepada istri untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang diinginkan. Pekerjaan rumah dan anak-anak sementara bisa ditangani suami dengan mengajak orang-orang terdekat yang bisa diminta bantuannya.

  1. Cari teman untuk berbagi.

Teman merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam hidup. Bayangkan jika banyak sekali masalah yang dihadapi, tetapi tidak ada teman curhat yang dapat dipercaya. Ibarat gelas, jika diisi air terus menerus, akan tumpah meluber kemana-mana. Pastikan bahwa teman yang dipilih benar-benar yang bisa membantu, bukan yang justru akan menambah masalah baru. Suami tentu saja diharapkan dapat menjadi teman (sahabat) terbaik bagi istri untuk menumpahkan segala masalahnya. Jadilah suami yang menjadikan istri menemukan rasa aman dan merasa terlindungi. Jadilah suami yang sabar menjadi pendengar keluh kesah istri. Dengan begitu, istri tidak perlu lagi mencari orang lain sebagai tempat berkeluh kesah. Insya Allah, curhat dengan suami menjadikan rahasia lebih terjaga.

  1. Lakukan relaksasi.

Intinya, istirahat menenangkan pikiran dan tubuh. Banyak aktivitas yang bisa dilakukan selama proses relaksasi, misalnya membaca buku-buku ringan, mendengarkan musik atau pijat. Pijat merupakan salah satu relaksasi untuk melepaskan diri dari stress. Pijatan tidak hanya ampuh untuk menenangkan pikiran dan jiwa setelah seharian beraktivitas, tetapi juga dapat membantu meregangkan otot-otot yang penat dan menstimulasi peredaran darah. Tidak harus dilakukan di SPA dengan aroma terapinya yang cukup mahal. Pijatan lembut dari suami tercinta akan membuat lebih rileks, tidur lebih pulas, dan bangun kembali dengan badan yang lebih segar.

  1. Sempatkan melakukan olah raga.

Olah raga sangat efektif untuk membantu mengatasi stress, karena berolah raga akan memperlancar peredaran darah dan membuka jantung untuk menerima lebih banyak oksigen. Olah raga juga akan membantu supaya bisa tidur lebih nyenyak pada malam hari. Energi yang dilepaskan pada saat berolah raga juga akan menstimulasi tubuh  untuk memproduksi lebih banyak endorphins yang merupakan hormon yang membuat kita merasa bahagia. Latihan pernafasan juga terbukti efektif dalam mengendalikan stress.

  1. Berpikir positif.

Potensi stress utama juga datang dari pikiran yang terus-menerus menginterpretasikan isyarat-isyarat dari lingkungan secara negatif. Bagaimana seseorang menginterpretasi berbagai peristiwa yang terjadi menentukan apakah ia akan mengalami  stress atau tidak. Hal ini sangat dipengaruhi oleh cara berpikir seseorang dari yang bersifat sederhana sampai yang filosifis menyangkut pandangan hidup. Contoh sederhana, di depan ada gelas berisi air setengah, bagaimana seseorang melihatnya? Setengah penuh atau setengah kosong? Pikiran- pikiran yang menyebabkan stress sering bersifat negatif, penuh kegagalan,  hitam-putih, terlalu digeneralisasi, tidak berdasarkan fakta yang cukup, dan terlalu dianggap pribadi. Dalam hidup ini, memang ada berbagai masalah.  Pendeknya, ada seribu alasan untuk menjadi cemas kalau kita memikirkan masa depan. Namun, ada seribu alasan juga untuk memandangnya dengan rasa optimis. Jika pikiran negatif dan positif sama-sama bisa terjadi bisa juga tidak, mengapa kita tidak memilih berpikir positif? Dengan berpikir positif, jiwa akan menjadi lebih tenang.

  1. Berprasangka baik.

Tidak sedikit persoalan muncul sebetulnya karena buruk sangka (su’uzhann) yang sudah pasti belum tentu sesuai dengan faktanya. Karena itu,  bersikaplah husnuzhann (baik sangka). Ketika mendapat kabar tentang suami, orangtua, anak atau orang-orang lain yang dekat dengan kita, berbaik sangkalah. Sebab, boleh jadi, saat sudah terlanjur kesal, marah-marah yang bisa memicu sterss, ternyata apa yang didengar bukan kejadian yang sesungguhnya.

  1. Tenang.

Tanamkan pada diri, bahwa istri dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik, daripada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi. Bantulah istri berpikir dengan jernih ketika menghadapi suatu masalah. Ketenangan akan memudahkan mencari solusi yang tepat dalam menghadapi setiap persoalan.

  1. Sabar.

Sabar merupakan cara mengatasi stress yang paling jitu. Jika tidak dengan kesabaran, bagaimana mungkin istri akan sanggup menghadapi setiap masalah anak-anak dengan baik dari sejak bangun tidur sampai tidur kembali. Sabar disertai dengan niatan ikhlas hanya semata-mata untuk mencari ridha Allah akan menjadi energi yang luar biasa dalam menjalani kehidupan. Dengan begitu, seberat apapun beban yang diemban istri, insya Allah akan dapat dilakukan dengan ringan.

  1. Tawakal.

Tak ada masalah yang tidak ada penyeselesaian. Bertawakallah kepada Allah, insya Allah, Allah akan memberi kita jalan yang kadang di luar perkiraan. Saat ada kebutuhan sangat mendesak, rasanya sudah tidak ada jalan keluar, tanpa diduga ada yang mengantarkan rezeki ke rumah untuk memenuhi kebutuhan. Kepasrahan puncak kepada Allah perlahan akan meringankan beban dan tidak menimbulkan stress.

  1. Doa.

Berdoalah selalu kepada Allah Swt. dalam menyelesaikan masalah. Sebab, hanya Allahlah yang paling mengerti apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Doa akan menguatkan kita dalam menghadapi masalah seberat apapun.

Wallâhu a‘lam biash-shawâb. [Zulia Ilmawati; Psikolog, Pemerhati Masalah Anak dan Keluarga] 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close