Tanya Jawab

Desain Terakhir Seputar Suriah

Soal:

Apa yang terjadi di Daraa berupa masuknya dengan cepat rezim ke wilayah yang selama bertahun-tahun melawannya, lalu diikuti dengan al-Qunaitra, sebelumnya Ghouta, sebelumnya lagi Aleppo dan sekitarnya, dan sekarang pandangan mengarah ke Idlib. Semua itu menunjukkan bahwa di situ ada perkara-perkara yang layak dikaji dan diketahui. Kita melihat peran dan permainan Amerika, peran dan permainan pihak-pihak yang mendukung, dan persetujuan implisit dari negara-negara penjamin untuk meredakan eskalasi seperti Turki atau partisipasinya secara langsung seperti Russia. Lalu apa yang telah dan sedang terjadi? Bagaimana negara-negara ini bisa bermain di revolusi Suriah seperti itu? Apa peran yang mereka mainkan? Dan apa setelah ini?

 

Jawab:

1- Revolusi Suriah bertolak tahun 2011 dan mengancam akan mencabut Bashar antek Amerika. Kondisi islami menyebar di revolusi Suriah secara dalam. Revolusi Suriah mengancam mengubah wajah kawasan ke arah Islam. Dengan semua itu, revolusi Suriah menjadi peristiwa yang secara rinci sangat penting dari dua sisi: dari satu sisi, revolusi Suriah memunculkan kekuatan lokal yang kuat tidak loyal ke Amerika maupun Eropa. Dan hal itu untuk pertama kalinya terjadi dengan ukuran ini sebagai kekuatan unik yang tumbuh di tengah umat tanpa orang kafir memiliki kekuasaan terhadapnya. Dari sisi kedua, Amerika, kekuatan yang menghegemoni di Suriah dan dunia, tidak mampu mengatasi revolusi Suriah. Ini menyerupai mukjizat!  Di Suriah tidak ada pertarungan internasional. Tetapi yang ada adalah pertarungan antara Amerika berikut para pengikut dan anteknya di satu sisi dengan warga Suriah di sisi yang lain. Eropa tidak memiliki pengaruh di Suriah seperti di Yaman dan Libya misalnya. Tetapi Amerika lah yang mengendalikan rezim, para pengikut dan antek-anteknya. Jadi pertarungan yang ada adalah antara Amerika dan ekor-ekornya dengan orang-orang mukhlis dari kalangan warga Suriah. Meski demikian, revolusi Suriah tetap mengguncang peraduan Amerika sampai-sampai bahwa mantan presiden Obama telah menyebutkan bahwa uban di rambutnya “saya percaya bahwa sebagian besar uban di kepala saya disebabkan pertemuan-pertemuan yang digelar tentang Suriah” (Ra’yu al-Yawm, 5/8/2016)…

2- Amerika telah menempuh dua jalan berbeda untuk merealisasi tujuan tertingginya di kawasan, yaitu menghancurkan revolusi Suriah dan melanjutkan pemerintahan antek:

a- Jalan pertama, yaitu menyediakan semua jalan dukungan finansal dan militer untuk rezim di Damaskus sehingga tidak roboh. Di antaranya, mendorong Iran dan milisinya ke Suriah dan berperang di samping Bashar. Kemudian mendorong Russia ke jalan yang sama. Presiden Russia Putin telah mengumumkan intervensi Russia di Suriah pada akhir September 2015, langsung setelah pertemuannya dengan presiden Amerika Obama di New York. Amerika menghalangi semua institusi dan lembaga internasional dari mengeluarkan kecaman apapun yang signifikan terhadap rezim Bashar bagaimanapun kerasnya kejahatan Bashar yang sampai pada tingkat penggunaan senjata kimiawi. Padahal Amerika mengancam rezim jika menggunakan senjata kimiawi, tetapi Amerika tidak menjalankan ancamannya karena khawatir terhadap nasib rezim. Inilah yang terjadi. Ketika rezim menggunakan senjata kimiawi di Ghouta pada 21/8/2013, Amerika mengirimkan kapal-kapal perangnya untuk menyerang rezim, tetapi Amerika menarik diri supaya serangan ini tidak mempengaruhi mental rezim! sehigga rezim jatuh sebelum antek alternatifnya matang. Hal itu karena Amerika belum melihat koalisi nasional Suriah yang dibentuknya memiliki kemampuan mengisi kekosongan, khususnya telah tersingkap hubungan koalisi itu dengan Amerika dan antek-anteknya. Karena itu Amerika mundur. Mundurnya Amerika merupakan bukti jelas bagi setiap orang yang memiliki pandangan atas penjagaan Amerika terhadap rezim meskipun serangan kimiawi dari rezim itu sangat brutal dan mengerikan… Meski demikian, revolusi di Suriah tetap tegar, bahkan terus mengalami kemajuan di lapangan.

b- Adapun jalan kedua, dan lebih berbahaya, adalah pendekapan (ihtiwâ’/containment). Amerika mengumumkan bersama revolusi Suriah, menipu faksi-faksi itu, sebab Amerika tidak memeranginya secara terang-terangan. Seandainya mereka paham, niscaya mereka tahu bahwa Amerika mewakilkan kepada yang lain untuk memerangi faksi-faksi itu! Kami telah menyebutkan di dalam Nasyrah (Leaflet) yang kami keluarkan tanggal 11/10/2015. Di dalamnya dinyatakan, “… di sinilah bencana itu. Amerika menampakkan dirinya bersama orang-orang revolusioner. Sulit bagi Amerika memerangi mereka secara terbuka. Mereka telah menyebabkan bahaya terhadap rezim sementara pengganti rezim belum matang. Maka terjadilah permainan api busuk dengan menjadikan Russia melakukan tugas itu. Tugas Russia adalah mendukung rezim secara terbuka dan menentang orang-orang revolusioner secara terbuka. Perang terhadap orang-orang revolusioner memiliki justifikasi bagi Russia. Dan rezim pun siap untuk mengundang Russia dengan perintah dari Amerika. Dan inilah yang terjadi… Russia setuju memainkan peran jahat busuk ini di Suriah demi melayani Amerika!…”  Begitulah yang terjadi. Amerika menyatakan mendukung oposisi dengan dana dan senjata, tetapi itu hanya omog kosong tanpa bukti! Sebab Amerika menghalagi sampainya senjata apapun yang efektif untuk orang-orang revolusioner melalui Turki atau Yordania. Amerika mengirimkan beberapa bantuan dari jenis rompi anti peluru untuk menancapkan ide bahwa Amerika bersama revolusi. Amerika mengumumkan dukungan dan training yang hanya bisa dimanfaatkan oleh segelintir orang, yang kadang tidak lebih dari lima orang. Tujuan di balik hal itu adalah mendorong faksi-faksi ke orientasi Amerika. Amerika memprediksi bahwa klaim-klaimnya ini akan tersingkap cepat atau lambat. Oleh karena itu, Amerika meminta tolong para pengikutnya di kawasan khususnya Turki dan Saudi pada masa raja Salman awal 2015. Kedua negara ini ditugasi mendekap revolusi dan mengambil loyalitas pemimpin-pemimpin berbagai faksi dan mencairkan kondisi islami revolusi. Kedua negara ini dalam rangka itu menggunakan alat-alat intelijennya, dukungan dana busuk, dan para syaikh su’ di mana kedua negara memberikan hosting, menyediakan tempat yang aman, mimbar media dan dana beracun.

3- Revolusi Suriah ketika itu kokoh dalam tujuan dan keislamannya. Karena itu, harus ada pengkonsentrasian penggunaan alat-alat pengaruh Amerika itu. Sampai-sampai, beberapa sumber menyebutkan bahwa sebagian faksi-faksi di Suriah menerima hampir satu miliar dollar!  Melalui dukungan dana dan pengkonsentrasiannya, penyediaan mimbar media dan urgensinya, tempat berlindung yang aman dan bahayanya, maka para pengikut Amerika “Saudi dan Turki” memiliki pengaruh terhadap oposisi dan faksi-faksi militer yang terikat dengan intelijen negara-negara itu, sampai kedua negara itu secara khusus melalui unsur-unsur kekuatan finansial dan media, bisa menonjolkan dan mengangkat para pemimpin dan melalui itu kedua negara itu bisa mengontrol faksi-faksi itu!  Amerika dengan menggunakan semua antek dan alatnya di kawasan ingin memalingkan revolusi Suriah dan menceraiberaikan tujuan-tujuannya. Maka Amerika mengumumkan bahwa tugasnya di Suriah dan koalisi internasionalnya adalah memerangi terrorisme, yakni memerangi faksi-faksi revolusi Suriah. Meskipun sudah terlibat dalam perang di Suriah sejak 2014, pembomannya hanya terbatas pada faksi-faksi yang dia sebut terroris dan tidak menyerang kekuatan Bashar dan Amerika berkoordinasi dengan Russia.  Hanya saja, banyak dari pemimpin faksi-faksi bersenjata telah mempercayai Amerika dan mulai mengkoordinasian aktifitas mereka dengan ruang intelijennya MOM dan MOC. Bahkan faksi-faksi bersenjata itu malah terlibat di jalan Amerika yang disebut memerangi terrorisme. Peperangan internal dan keterlibatan dalam tumpahnya darah yang diharamkan mengacaukan revolusi yang akhirnya menjadi berperang pada dua arah, front Amerika melawan “terrorisme” yang ditambahkan ke front asli “menjatuhkan rezim”.  Faski-faksi tu mengalami tekanan dari Turki dan Saudi, di samping tekanan internasional untuk makin terlibat di dalam front Amerika dan menjauhkannya dari front asli!  Intervensi Turki “Perisai Eufrat” memuncaki orientasi ini, di mana Turki meminta faksi-faksi yang tunduk padanya untuk menarik diri dari pertempuran Aleppo dan bergerak ke utara untuk memerangi ISIS. Begitulah, sampai kekuatan Bashar dan sekutunya, Russia dan Iran bisa mengosongkan kota Aleppo pada akhir 2016 dengan operasi yang menyerupai penyerahan Turki atas Aleppo kepada Russia dan berikutnya kepada rezim!  Respon positif faksi-faksi bersenjata kepada Turki dan penarikan diri faksi-faksi itu dari pertempuran Aleppo dan keterlibatan mereka dalam front Amerika melawan terrorisme merupakan isyarat yang sangat berbahaya. Sebab hal itu dengan jelas menunjukkan bahwa para pemimpin yang disusui dengan jutaan dollar akhirnya Turki memiliki pengaruh kuat pada faksi-faksinya dan bahwa Amerika setelah lama menunggu akhirnya bisa membuka halaman yang berisi harapan untuk menghancurkan revolusi Suriah. Politik Amerika pun mulai mengarah ke medan Suriah dalam orientasi pembersihan revolusi. Tujuan itu dipandang mungkin oleh Amerika setelah Amerika dan pengikut-pengikkutnya berhasil mengambil loyalitas dari pemimpin faksi-faksi militer… Kemudian Erdogan mengulang masalah Perisai Eufrat. Erdogan membuat operasi Cabang Zaitun (Ghushnu az-Zaytun) untuk mempermudah masuknya rezim ke Idlib. Rezim Suriah sedang bergerak maju ke arah Idlib dan mengepung bandara Abu adh-Dhuhur, Erdogan malah menggerakkan perang ke arah Afrin! Di dalam perang itu sekitar 25 ribu orang dari pasukan oposisi ikut serta. Pemimpin militer di Faylaq asy-Syam (Legion of Syam), Yasser Abdul Rahim menegaskan “bahwa sekitar 25 ribu orang bersenjata dari Free Syrian Army (FSA) ikut serta dalam operasi militer Turki di Afrin…” (Russia today, 23/01/2018). Hal itu atas sepengetahuan dan persetujuan Amerika. Menteri luar negeri Turki Mevlud Cavusoglu menyatakan bahwa “dia membahas krisis Suriah dan masalah kesatuan-kesatuan keamanan perbatasan dengan menteri pertahanan Amerika James Matiss pada Senin sore (15/1/2018) di Kanada…” (Anadolu Agency, 17/1/2018). Hal itu juga ditegaskan oleh pernyataan Amerika yang diulang-ulang yang bisa difahami bahwa Ghushnu az-Zaytun, masalah Afrin dan pergerakan pasuan Turki dan FSA, semuanya terjadi dengan kerelaan dari Amerika dan Russia berkoordinasi dengan Amerika. Di antara pernyataan itu: “komandan di pusat komando Amerika mengatakan bahwa Turki memberi tahu mereka operasi militer di kota Afrin Suriah…” (Quds Press, 21/01/2018).

4- Garis-garis besar politik Amerika di Suriah setelah penyerahan Halab (Aleppo) adalah sebagai berikut:

a- Peredaan medan (cooling down) Suriah: tema paling menonjol dari tujuan ini adalah jalur Astana yang Turki mendorong faksi-faksi bersenjata yang menjadi pengikut Turki ke jalur itu untuk bernegosiasi dengan Bashar, Iran dan Russia untuk penghentian tembak menembak. Orientasi ini dipuncaki dengan apa yang disebut kesepakatan “penurunan eskalasi” yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Lalu mencakup selatan yang faksi-faksinya tidak berpartisipasi dalam perundingan Astana, tetapi akhirnya ikut serta juga! Selama dua tahun perundingan ini, Turki muncul sebagai negara penjamin perjanjian di samping Russia dan Iran. Kekokohan revolusi pada tahun-tahun awal telah menghalangi penghentian tembak menembak apapun. Gencatan senjata itu merupakan tujuan yang jauh dicapai bagi pemerintahan Obama. Namun pemerintahan Obama mulai merealisasinya pada akhir pemerintahan itu pada 2016. Kemudian datang pemeritahan Trump.  Pendinginan medan Suriah berarti Amerika membuka ruang untuk perundingan tanpa ancaman langsung pencabutan rezim Bashar secara militer. Melainkan dalam perundingan itu ditegaskan legalitas rezim. Oleh karena itu keputusan apapun perundingan itu tidak mengandung isyarat kepada penghilangan Bashar. Amerika menggunakan PBB dan Dewan Keamanan yang dikuasai oleh Amerika. Amerika mengirim para pengikutnya sebagai utusan, baik dari yang berkulit hitam, putih maupun coklat, mulai dari Kofi Anan, lalu Lakhdar Brahimi lalu De Mistura. Digelar konferensi Jenewa untuk menghimpun oposisi bersama rezim, mulai dari konferensi Jenewa 1 yang digelar pada 30/6/2012.  Pada setiap konferensi itu ada persetujuan kepada rezim dan penjagaan atas rezim. Demikian juga digelar konferensi Wina 1 dan 2 tahun 2015. Di antara point paling penting dari Konferensi Wina 2 adalah penjagaan terhadap identitas sekuler negara Suriah dan lembaga-lembaganya. Juga dikeluarkan resolusi-resolusi internasional, dan yang paling akhir yang disodorkan oleh Amerika sendiri pada 18/12/2015 dan diterima oleh Dewan Keamanan secara aklamasi yaitu keputusan yang merangkum semua keputusan dan hasil-hasil konferensi Jenewa dan Wina tentang Suriah. Semua itu dirangkum dalam satu resolusi bernomor 2254.  Resolusi ini menjadi referensi untuk solusi politik di Suriah. Dan semua negara akhirnya menyerukan penerapannya sampai- faksi-faksi bersenjata, dengan pengaruh dari negara-negara pendukung, juga menyerukannya. Resolusi ini tidak menyerukan penghilangan Bashar! Satu hal yang menegaskan perlindungan Amerika terhadap Bashar dan rezimnya.  Begitulah yang terjadi sampai penyerahan Aleppo. Setelah itu, komitmen faksi-faksi untuk tidak membuka front menjadi perkara yang bisa terjadi, kemudian tekanan terhadap faksi-faksi itu untuk merealisasinya dan komitmen sempurna untuk menghentikan tembak menembak.  Rezim dan bersamanya Russia dan Iran dibiarkan menjadi “penjamin lain untuk penurunan eskalasi” mengisolasi berbagai daerah satu demi satu! Sedangkan penjamin ketiga, Turki, maka hanya diam terhadap penetrasi-penetrasi itu! Rezim mulai menyerang wilayah Wadi Barada padahal tinta kesepakatan penurunan eskalasi pertama belum kering sama sekali awal 2017, didengar dan dilihat oleh penjamin ini! Bahkan perekongkolannya sampai pada batas ketika rezim menyulut perang Ghouta Timur, intelijen penjamin ini ikut serta langsung dalam operasi “perang terhadap terrorisme” di Ghouta. “Juru bicara kepresiden Turki Ibrahim Qalin mengatakan dalam konferensi pers pada Rabu kepada kanal resmi TRT bahwa Turki tidak menginginkan adanya organisasi fundamentalis di Ghouta Timur” (Reuters, 15/3/2018).  Dia mengatakan hal ini, sementara rezim, Russia, Iran dan para pengikut membombardir Ghouta secara brutal seolah-olah Turki Erdogan membenarkan hal itu untuk mereka!

b- Keterlibatan dalam politik Amerika atas nama “perang melawan terrorisme”: setelah presiden Amerika Trump mengumumkan tekadnya untuk berlepas diri dari ISIS, dan sebagai perluasan pertempuran Mosul, Amerika menempuh politik ini di empat front:

– Front pertama, pasukan Amerika memimpin faksi-faksi Kurdi yang didukung oleh Amerika untuk mengeluarkan ISIS dari Raqqa. Pasukan Amerika juga memimpin faksi-faksi lain di timur Suriah untuk memerangi ISIS. Akhirnya Kurdi memiliki bobot di utara Suriah tepatnya di daerah-daerah Kurdi di Suriah. Pasukan Kurdi yang menonjol di situ adalah Partai Demokratik Kurdi (KDP). Faksi-faksi Kurdi dengan dukungan besar Amerika berhasil merebut kembali daerah paling penting dari kontrol ISIS dan berhasil mengontrol daerah timur Eufrat, yakni 28 persen dari wilayah Suriah, tetapi wilayah paling kaya dengan kekayaan minyak dan gas juga kekayaan perairan dan pertanian, dari Kobani sampai Raqqa dan area al-Bukamal dan Deir al-Zour… Hal ini tidak berpengaruh terhadap rezim. Pasukan Kurdi bergerak dengan perintah Amerika, makanya tidak menghadang rezim. Sejumlah media massa pada waktu belakangan menyiarkan berita Satuan-Satuan Pperlindungan Rakyat (the People’s Protection Units), penyusun terbesar pasukan Suriah Demoratik, dengan perintah Amerika menyerahkan sejumlah daerah kepada rezim Suriah, sesuai perjanjian yang terjadi di Damaskus dan al-Qamishli. “Seorang komandan di Dewan Nasional Kurdi di Suriah Fuad ‘Aliko mengungkap sebab-sebab dan perubahan yang mendorong Partai Uni Demokratik Kurdi – PYD untuk mengikat perjanjian tidak terbuka dengan rezim Suriah. Berdasarkan pasal-pasalnya, rezim Suriah menerima daerah-daerah yang dahulu di bawah kontrol pasukan Kurdi termasuk an-Nasywa di al-Hasaka dan daerah-daerah lain timur sungai Eufrat” (https://arabi21.com, 16/7/2018).  Website Hierapolis (http://www.hierapolis.net) mengutip dari sumber khusus yang tidak diungkapkan, bahwa pertemuan terjadi pada hari Sabtu antara person-person yang pro kepada milisi KDP yang mewakili Dewan Militer Manbaj yang tunduk padanya, dengan para pejabat rezim Asad di markas cabang Partai Baath di kota Aleppo”.  Dia menambahkan bahwa telah didiskusikan “operasi penyerahan kotak keamanan di kota Manbaj kepada milisi rezim ditambah bendungan asy-Syuhada (bendungan Tasyrin) tenggara kota” (www.qasioun-news.com, 11/7/2018). Para pemimpin kelompok Kurdi utara Suriah menjadi tergadai kepada Amerika. Jika Amerika ingin mereka kembali ke pangkuan antek Amerika Bashar maka mereka tidak akan menolak. Dan di sana ada pertanda untuk itu.  Website surat kabar Ra’yu al-Yawm, 7/6/2018 mengutip pemimpin Kurdi yang menonjol Shalih Muslim seputar bergegas untuk berunding dengan rezim. Dia berkata, “pintu-pintu kami selalu terbuka untuk semua dan kami mendapati perubahan dalam pembicaraan Asad belakangan ini. Dua bulan lalu dia menyifati kami sebagai teroris, dan sekarang dia berbicara tentang perundingan, dan ini kemajuan …  Seperti halnya semua berfikir kepentingannya, kami juga akan berfikir (kepentingan kami)”.  Sebelumnya menteri luar neger rezim Suriah Walid al-Mualim seperti dikutip oleh al-‘Arab yang berbasis di London, 27/9/2017 menyatakan, “orang-orang Suriah Kurdi menginginkan suatu bentuk otonomi dalam batas Republik Arab Suriah. Dan masalah ini bisa dirundingkan dan didialogkan”. Rezim dan Kurdi merupakah lembaran Amerika, tidak merepresentasikan halangan apapun untuk solusi politis. Apa yang diinginkan oleh Amerika untuk mereka, mereka tidak menolaknya dan rezim juga tidak menolaknya baik mereka tetap seperti sebelum 2011 atau dengan pemerintahan otonomi di dalam Suriah…

– Adapun front kedua, dipimpin oleh Turki dalam pertempuran Perisai Eufrat utara Aleppo pada 24/8/2016 dan berikutnya Ghushnu az-Zaytun pada 20/1/2018, maka itu memudahkan masuknya rezim ke Aleppo dan selatan Idlib.  Hal itu bahwa faksi-faksi itu dengan perintah dari Turki meninggalkan pertempurannya dengan rezim dan terlibat dalam perang dalam operasi Perisai Eufrat dan Ghushnu az-Zaytun, sehingga Aleppo dan selatan Idlib pun terlantar atau hampir terlantar!  Sebelum itu, dan terus seperti itu hingga hari ini dengan dorongan dari Amerika, Turki melakukan peran lain di Idlib lalu Turki masuk ke Idlib dengan satuan-satuan eksplorasi mulai 7/10/2017 dan berikutnya menyebarkan pasukannya dan mendirikan point-point dalam perjanjian penurunan eskalasi dengan Russia dan Iran…  Hal itu terjadi setelah pertemuan Erdogan dengan presiden Amerika Trump pada 21/9/2017 di New York. Pada hari itu Trump menyatakan, “Erdogan menjadi teman saya” (Anadolu Agency, 21/9/2017).   Pembicaraan keduanya difokuskan pada seputar situasi di Suriah. Trump menyetujui masuknya Turki ke Idlib. “Pasukan Turki memulai operasi investigasi di provinsi Idlib Suriah dengan tujuan menegakkan wilayah penurunan ketegangan berdasarkan perjanjian Astana…” (Sky News Arabic, 9/10/2017).  Website ‘Inab al-Baladi pada 13/5/2018 melansir bahwa operasi Turki terus berlanjut. “Turki menyempurnakan langkah-langkah yang dimulainya di provinsi Idlib dan berjalan ke dua orientasi: pertama, menyebar point-point monitoring yang telah disepakati dalam perjanjian peredaan ketegangan di Astana. Kedua, mengatur struktur militer faksi-faksi yang bekerja di Idlib tanpa kesepahaman hingga hari ini dengan faksi-faksi islami…”.  Website ‘Inab al-Baladi menambakan, “ mulai awal tahun ini, point-point monitoring Turki di Idlib tersebar di perbatasan timur Idlib tanpa perbatasan sebelah barat, sesuatu yang memicu pertanyaan tentang sebab-sebab Turki membatasi point-point hanya di Timur saja!… Berdasarkan berbagai sumber, faksi-faksi menerima dukungan Turki kecuali hanya sekali … Meski ada berbagai pergerakan Turki itu, serangan udara Russia menjadi isu paling berduri dalam pemandangan keseharian Idlib… Menurut koresponden ‘Inab al-Baladi di Idlib dan kampung-kampungnya, pesawat-pesawat tempur Russia menargetkan perkampungan Idlib selatan dengan rudal-rudal dengan ledakan keras sekali yang bisa didengar dari seluruh penjuru Idlib”.

– Adapun front ketiga, Amerika menggerakkan rezim Saudi yang diikutsertakan dalam koalisi internasional. Saudi mengumumkan kesiapannya untuk mengirimkan pasukan darat ke Suriah untuk dan di bawah komando Amerika. Rezim Saudi ini memainkan peran jahat seperti rezim Turki dengan menempatkan faksi-faksi bersenjata yang telah teracuni dengan dana-dananya berada di bawah pengaruhnya dan menghalangi faksi-faksi ini dari bergerak maju ke jantung ibukota Damaskus. Padahal seperti yang telah dikatakan, Damaskus itu hanya berjarak sepandangan mata dan sebagiannya hanya sepelemparan batu! Rezim Saudi menundukkan faksi-faksi itu untuk menerima negosiasi dengan rezim. Maka rezim Saudi membuat faksi-faksi yang jatuh di bawah pengaruh pendanaannya datang ke Riyadh dan menerima berpartisipasi dalam perundingan. Maka terjadilah pertemuan Riyadh 1 tanggal 11/12/2015 dan dikeluarkan Keterangan Riyadh; dan Konferensi Riyadh 2 selama dua hari 22-24/11/2017 dan dibentuk delegasi bersama untuk perundingan dengan rezim di Jenewa dan Wina dengan dorongan dan perencanaan dari Amerika.  Rezim Saudi tetap siap untuk memberikan pelayanan untuk Amerika. Putera Mahkota Saudi Bin Salman mengatakan setelah pertemuannya dengan tuan-tuannya di Amerika, mengumumkan apa yang mereka perintahkan kepadanya agar dia katakan kepada majalah Time Amerika yang mengutip darinya pada 6/4/2018: “saya yakin Bashar Asad tetap bertahan pada waktu sekarang. Saya tidak yakin bahwa Bashar akan meninggalkan (jabatannya) tanpa perang. Dan saya tidak yakin bahwa ada seorang pun yang ingin memulai perang ini”.

– Adapun front keempat, adalah front untuk pasukan Bashar, Iran dan Russia setelah Turki menjamin “penurunan eskalasi” di daerah-daerah mendasar. Di mana pasukan front keempat ini memasuki medan perang di Palmyra dan sampai ke Deir az-Zour. Semua itu dengan keterlibatan Turki dan Saudi serta pengaruhnya terhadap faksi-faksi dan memalingkan faksi-faksi itu dari menghadapi rezim ke front lain dengan dalih memerangi terrorisme. Begitulah, rezim bernafas dengan lega dan menghilangkan debu kekalahan yang banyak dari dirinya yang telah menimpanya selama tahun-tahun revolusi. Maka rezim bisa tampil dengan penampilan kekuatan dalam putaran-putaran perundingan di Jenewa dan juga di Astana di mana rezim jadinya berbicara tentang sikap yang kuat dan mundur dari perundingan. Dan jadilah, faksi-faksi itu meminta negara-negara untuk menekan rezim agar menerima solusi damai setelah sebelumnya solusi damai itu menjadi tuntutan rezim untuk melindunginya dari keambrukan!

c- Menjauhkan frot yang mengganggu: Amerika menjauhkan negara-negara Eropa dari pemandangan Suriah. Amerika membatasi pemandangan Suriah antara dia dengan Russia secara internasional. Padahal Russia bukanlah pihak yang terpisah dari Amerika di Suriah. Namun Amerika justru memanfaatkan Russia dan posisi Russia di samping Bashar sebagai pendorong untuk berunding dengannya secara internasional mengenai Suriah dan menghalangi Eropa dari ikut campur. Sesuatu yang tidak kalah pentingnya adalah Amerika membatasi pihak-pihak pengganggu secara regional “Qatar dan Yordania”: adapun Qatar, Amerika telah memicu Saudi dan Mesir menentang Qatar dan menjatuhkan boikot terhadap Qatar pada pertengahan 2017 dan menuduh Qatar mendukung “terrorisme” di Suriah. Begitulah, rezim di Qatar mendapati dirinya berada di bawah ancaman langsung dari antek-antek Amerika. Maka Qatar mundur dari melanjutkan ikut campur di Suriah dan menghentikan peran aktifnya.  Adapun Yordania, Yordania dan intelijennya membangun hubungan kuat dengan faksi-faksi selatan di Suriah. Hal itu demi kepentingan Inggris dengan harapan Inggris bisa memasukkan sesuatu pengaruh ke Suriah… Dan untuk membatasi ini, Amerika secara langsung berisiniatif membuka perundingan dengan Russia seputar trik “penurunan eskalasi” selatan Suriah. Begitulah, Amerika memungkinkan rezim mengontrol hampir penuh atas selatan dan berikutnya berakhirlah pengaruh efektif Yordania atau hampir berakhir…

5- Dengan meneliti secara cermat politik Amerika dan politik para pengikut Amerika khususnya Turki dan Saudi dan diikuti oleh Mesir dengan tingkat lebih kecil disebabkan berbagai persoalan dalam negerinya, kita dapati bahwa Amerika pada saat bersamaan bergerak dalam semua grand strategi yang disusunnya untuk Suriah dan yang sudah disebutkan di atas. Yaitu membiarkan pintu tetap terbuka bagi upaya rezim, Russia dan Iran untuk menghancurkan oposisi secara militer, dan menghilangkan semua keraguan pada diri oposisi bahwa Amerika mungkin saja bangkit mendukung oposisi. Ketika rezim mulai melancarkan serangan terhadap Daraa dan wilayah selatan didukung dengan pesawat tempur Russia, Amerika mengirimkan pesan kepada faksi-faksi di FSA melalui kedutaannya di Yordania pada 23/6/2018 yang didalamnya dikatakan, “kami paham bahwa Anda semua wajib mengambil keputusan sesuai kepentingan Anda, warga Anda dan faksi Anda menurut pandangan Anda. Dan Anda haruslah tidak menyandarkan keputusan Anda kepada asumsi atau ekspektasi terjadinya intervensi militer oleh kami” (website ‘Inab al-Baladi, 23/6/2018). Artinya, bahwa Amerika memutus harapan apapun bagi faksi-faksi yang bekerjasama dengannya bahwa Amerika akan bangkit mendukungnya! Seolah-olah sebagian dari mereka, seperti dikutip oleh beberapa media massa, telah sadar lalu mengatakan bahwa Amerika telah menipu mereka! Sekarang?

Begitulah, Amerika secara riil berjalan dalam politik penghancuran faksi-faksi bersenjata melalui rezim, Iran dan Russia. Amerika tidak menempatkan halangan apapun untuk itu, tetapi sebelum dan setelah itu, dengan kontribusi aktif dari Turki dan Saudi!  Adapun dukungan Amerika untuk faksi-faksi maka itu berhenti pada batas pernyataan atau dana yang dibayarkan kepada para komandan demi loyalitas mereka. Senjata Amerika yang sampai hanya sedikit sekali dan tidak efektif serta bersifat defensif (tidak mematikan). Hal itu dahulu dengan tujuan meyakinkan pemberontak bahwa Amerika bersama mereka dan mendukung mereka agar mereka loyal kepada Amerika. Adapun sekarang dan setelah sisi Bashar secara militer telah unggul maka ucapan itu telah berakhir, dan bersamanya berakhir pula pernyataan-pernyataan Amerika tentang hal ini. Dan akhirnya Amerika menutup file ini, dan begitu pula para pengikut Amerika, yakni Turki dan Saudi.

6- Adapun jalannya perundingan politik maka Amerika menundanya sampai revolusi dieliminasi dan berikutnya Bashar bisa berdiri di atas kedua kakinya. Oleh karena itu, Amerika menyibukkan para pengikutnya untuk menyiapkan kondisi dalam pembicaraan sepihak sampai situasi solusi politik matang maka saat itu akan menjadi pos utama… Oleh karena itu, selama jalannya perundingan politik yang berlangsung selama beberapa tahun maka agen-agen Amerika dan para pengikutnya di Saudi dan Turki giat dalam mengatur pertemuan-petemuan dan konferensi oposisi Suriah dan mereka menonjolkan pemimpin-pemimpin tertentu dan menjauhkan pemimpin-pemimpin lainnya dalam pentas politik. Semua itu dilakukan sampai rezim berdiri di atas kedua kakinya. Ketika itu Amerika menjalankan solusi politik dengan atau tanpa peran Russia … Akan tetapi, setelah capaian-capaian militer yang besar bagi Bashar dan sekutunya di kota Aleppo, kemudian lembah Barada dan al-Qalamun, kemudian Ghouta timur dan menghilangkan bahaya dari sekitar ibukota Damaskus, kemudian pinggiran Homs dan Hammah, dan sekarang di Daraa, dan boleh jadi setelah itu di Idlib dan pinggiran Aleppo yang masih tersisa, capaian besar ini membisikkan bahwa solusi politis model Amerika telah mendekat. Tetapi hal itu ditunda sampai setelah Idlib. Tampak bahwa mereka sedang menyiapkan hal itu. Mereka telah menyempurnakan perjanjian al-Fu’ah az-Zabadani dan diteken perjanjian final antara Russia dan Turki pada 17/7/2019 yang menyatakan pengevakuasian penduduk Fu’a dan Kafriya yang pro rezim di provinsi Idlib di mana mereka dikepung oleh faksi-faksi, agar tidak tersisa lagi lembar-lembar tekanan yang ada di tangan faksi-faksi dan supaya rezim tidak berada dalam masalah jika menyerang suatu kawasan dan melakukan pembantaian… Dan berikutnya tidak tersisa lagi sebelum solusi politis model Amerika kecuali Idlib dan Aleppo barat, dan itu merupakan wilayah penting dan di situ berkumpul sejumlah besar pemberontak. Tetapi Turki memiliki jalan besar untuk banyak faksi bersenjata di sana. Yang rajih, Turki menekan faksi-faksi itu agar menyerahkan senjata berat kepada rezim dan berdamai dengan rezim. Dan ini lebih berbahaya dari perang rezim, Russia dan Iran padahal masing-masingnya berbahaya dan dharar… Jika kekuatan militer dicabut dari revolusi Suriah maka solusi politis model Amerika telah berada pada batas persiapan dan pelaksanaan… Yang rajih bahwa Amerika ingin mempertahankan Bashar untuk masa “transisi” sebagai bagian dari solusi politisnya.  Selama masa itu, Amerika merasa yakin dengan pembersihan oposisi dan berikutnya Amerika mendatangkan agen baru semisal Bashar yang terus menjaga pengaruhnya di Suriah.  Begitu pula penjagaan atas keamanan anak asuhnya yakni negara Yahudi pencaplok Palestina. Yahudi menginginkan di Suriah agen semisal Bashar yang menjaga keamanan untuk Yahudi dan tidak melepaskan barang satu tembakan pun ke Yahudi. Netanyahu menyatakan kepada para wartawan sebelum meninggalkan Moskow pada Kamis 12/7/2018: “kami tidak punya masalah dengan rezim Asad (bapak dan anak) yang selama 40 tahun tidak menembakkan satu tembakan pun dari dataran tinggi Golan. Kami tidak menentang bertahannya presiden Suriah Bashar Asad, tetapi kami akan bekerja menjaga perbatasan kami” (Ha’aretZ Yahudi, 12/7/2018).

7- Kekuatan militer yang dimiliki oleh rezim Suriah adalah lemah dan tidak mencukupi untuk mengontrol Suriah setelah solusi politik. Pasukan Bashar telah menjadi sangat lelah.  Meskipun ada dukungan tidak terputus dengan persenjataan yang disediakan oleh beragam saluran-saluran Amerika baik melalui Russia, Iran atau lainnya, namun sumber daya manusia tetap menjadi masalah utamanya. Oleh karena itu maka yang bisa diprediksi bahwa solusi politik model Amerika apapun harus bersandar kepada kekuatan yang mampu melindunginya. Amerika pun menempuh salah satu dari dua jalan atau keduanya sekaligus, yaitu:

a- Terus bersandar kepada Iran dan partainya serta milisinya yang lain yang terdiri dari orang-orang Iran, Afgan dan Pakistan… Hal itu mengharuskan penempatan mereka dan naturalisasi atas mereka.  Hal itu diisyaratkan oleh beberapa berita sampai rezim Suriah melakukannya hari ini. Salah seorang ahli mengestimasi kepada kantor berita DW Jerman pada 30/4/2018 jumlah milisi ini sebanyak 45 milisi dan jumlah elemen-elemennya mendekati 40 ribu. Ahli itu menyebutkan, “keyakinan saya bahwa milisi ini akan tetap bertahan di Suriah… Dan kita melihat proses penempatan mereka di sabuk Damaskus. Milisi Syiah ada di distrik as-Sayidah Zainab dan daerah lainnya… Dan saya yakin bahwa, seperti halnya terkait kosentrasi rakyat, Iran berusaha menaturalisasi mereka atau menempuh jalan lain yang membantu mereka bertahan di wilayah tersebut”.

Rezim memaksa anak-anak wilayah yang kembali dikontrolnya untuk wajib militer, meski demikian keraguan atas loyalitas membuat rezim bersandar kepada milisi-milisi yang berperang disisinya selama tahun-tahun revolusi.

b- Bersandar kepada kekuatan regional “untuk menjaga perdamaian”. Militer Mesir, Saudi dan Turki mungkin akan dimajukan untuk tujuan ini. Dan ucapan ini bukanlah baru. Al-Jazeera.net mengutip dari surat kabar Amerika pada 8/4/2018, “jurnal Amerika the National Interest menyoroti perang yang melanda Suriah sejak beberapa tahun lalu. The National Interest menyatakan bahwa Suriah terjerumus dalam lumpur yang memerlukan kekuatan penjaga perdamaian, seperti apapun akhir dari perang tersebut”. Persepsi Amerika untuk solusi di Suriah mengharuskan didatangkannya kekuatan dari luar bagaimana pun capaian militer Bashar. Al-Jazeera.net memberitakan pada 17/4/2018, “surat kabar Wall Street Journal mengatakan bahwa pemerintahan presiden Donald Trump merencanakan untuk mendatangkan militer Arab menggantikan militer Amerika di Suriah untuk menjaga kestabilan di utara dan timur Suriah setelah kekalahan ISIS. Wall Street Journal menyatakan bahwa Penasehat Keamanan Nasional John Bolton mengontak direktur intelijen Mesir Abbas Kamil untuk mengetahui sikap Mesir terhadap upaya ini. Wall Street Journal menambahkan bahwa kontak juga dilakukan dengan negara-negara teluk untuk berpartisipasi dalam kekuatan ini dan memberikan dukungan dana untuknya. Para pejabat di pemerintahan presiden Trump memprediksi negara-negara Arab akan memenuhi permintaan Trump khususnya dalam hal terkait dukungan finansial”.

8- Inilah yang ditunjukkan oleh fakta-fakta yang sudah dan sedang terjadi seputar politik Amerika di Suriah… Dengan menelaahnya menjadi jelas bahwa kelanjutan rezim dan ketidakjatuhannya, pada tingkat pertama bukan karena kekuatan rezim dan bukan pula dengan kekuatan Amerika dan para pegikutnya serta Russia, Iran dan milisinya, pun bukan dengan kekuatan para pengikut dan antek Turki dan Saudi, hingga meski semua itu memiliki pengaruh. Melainkan sebab terbesarnya adalah pengkhianatan, tipudaya dan kolusi dari banyak pemimpin faksi dikarenakan kepercayaan mereka kepada Amerika bahwa Amerika bersama mereka dan mereka lupa bahwa Amerika adalah musuh Islam dan kaum Muslim dalam semua aksinya… Demikian juga karena kepercayaan mereka kepada para pengikut dan antek Amerika, yakni Turki dan Saudi. Mereka lupa bagaimana penyerahan Aleppo terjadi dengan dibukanya front Perisai Eufrat dan penarikan para pejuang dari Aleppo, dan berikutnya Cabang Zaitun (Ghushnu az-Zaytun) di mana para pejuang diarahkan ke sana dan meninggalkan selatan Idlib menjadi santapan lezat bagi Russia dan rezim… Adapun Saudi maka faksi-faksi itu lupa bagaimana Saudi menyiapkan mereka untuk perundingan dengan rezim tiran dalam pertemuan-pertemuan dan perundingan-perundingan yang lebih banyak menstabilkan rezim daripada melenyapkannya. Lihat saja, putera mahkota Saudi mengungkap apa yang tersembunyi sehingga dia menyatakan bahwa Bashar tetap bertahan… Kemudian yang lebih pahit dan menyakitkan bahwa Russia membombardir mereka secara brutal, meski demikian mereka berunding dengan Russia dan menyerahkan senjata berat dan sedang mereka kepada Russia! Sungguh pemandangan menyakitkan, Russia menerima tank-tank dan meriam mereka (faksi-faksi) padahal mereka lebih dekat kepada kehinaan dan ketundukan… Semua itu adalah sebab mendasar dalam apa yang terjadi. Mereka telah bertahan bertahun-tahun memerangi rezim dan bergerak maju di wilayah-wilayah rezim, tetapi hanya dalam beberapa hari mereka keluar dari Aleppo melalui keterlibatan Turki, dan dalam jangka waktu yang lebih kecil dari itu mereka keluar dri selatan Suriah khususnya Daraa melalui keterlibatan Saudi. Dalam dua kondisi itu maka gudang persenjataan mereka penuh dengan senjata yang mereka peroleh dari pasukan rezim … Sungguh satu perkara yang benar-benar menyedihkan, mereka tegar selama bertahun-tahun menghadapi bom barel, rudal penghancur dan senjata mematikan dari rezim, Russia dan Iran serta milisinya, tetapi mereka hanya dalam beberapa hari melalui kolusi dan pengkhianatan, mereka menyerahkan tempat-tempat mereka tanpa perang, bahkan menyerahkan senjata berat dan sedang mereka! dan bermigrasi meninggalkan negeri mereka!!  Siapa yang mendalami hal itu niscaya dia melihat bahwa sebab mendasarnya adalah kepercayaan faksi-faksi itu kepada musuh-musuh Islam dan kaum Muslim dan kepercayaan mereka kepada para antek dan pengikut, baik apakah pemimpin faksi itu mereka mengetahui atau tidak mengetahui, dan baik apakah mereka sengaja atau tidak sengaja ataupun dari sisi kekeliruan orang yang melakukan kekeliruan, semuanya adalah pahit… Mungkin ada orang yang bertanya, dan dia berhak untuk bertanya, selama Hizbut Tahrir ada pada tingkat kesadaran, penglihatan dan pandangan seperti itu dan memahami jalannya perkara, lalu kenapa tidak menasehati faksi-faksi dan membuat mereka melihat perkara sehingga mereka tidak terjatuh dalam kondisi mereka saat ini? Saya katakan kepada orang yang menanyakan pertanyaan itu, bahwa kami telah menasehati mereka, memperingatkan mereka dan menjelaskan kepada mereka fakta perkara dengan dalil-dalil dan bukti-bukti … Kaki kami telah lelah mendatangi mereka untuk menasehati mereka dan menunjuki mereka di mana sebagian jalan menuju mereka itu sulit sekali dilalui mobil sehingga kami berjalan kaki sampai-sampai karena banyaknya kontak kami dengan mereka, sampai sebagian dari mereka menganggap kami bagian dari mereka!! Seadainya orang yang bertanya itu menelaah publikasi dan jawab soal kami, banyak sekali, niscaya dia mengetahui bahwa kami mengerahkan segenap usaha dalam perkara ini bahkan lebih dari kemampuan kami, tetapi banyak dari pemimpin faksi itu tidak memperhatikan dan tidak takut, bahkan mereka mengatakan ketika kami memperingatkan mereka dari harta kotor yang mereka ambil dari negara-negara pengkhianat itu: “dari mana kami dapat harta kalau begitu? Hizbut Tahrir tidak memberi kami harta”.  Mereka mempercantik untuk diri mereka sendiri, mengambil harta dari orang-orang kafir dan pengkhianat! Jika kami katakan kepada mereka, bahwa kalian dengan itu akan tergadai pada mereka, mereka mengatakan tidak! Maka terlantarlah apa yang terlantar sedangkan mereka terombang-ambing dalam kelalaian mereka… Dan jika kami katakan kepada mereka, sungguh kalian mendapatkan rampasan dari rezim berupa senjata yang banyak lalu kenapa kalian menghinakan diri kalian di depan pintu para pengkhianat itu untuk mendapatkan sedikit senjata? Mereka mengatakan, dan dari mana kami mendapat senjata sementara Hizbut Tahrir tidak memberi kami senjata? Jika kami katakan kepada mereka, leher kalian tergadai pada mereka dengan senjata ini, mereka mengatakan kepada kami, kami ambil dari musuh dan kami perangi musuh! Kemudian menjadi jelas bagi mereka setelah kesempatan berlalu bahwa persenjataan dihalangi dari mereka pada saat sangat diperlukan, bahkan senjata mereka diserahkan melalui kolusi para pengkhianat itu… Begitulah, kami telah menasehati mereka tetapi mereka tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat! Sebagai contoh, saya sebutkan sebagian yang ada di publikasi kami pada 5/4/2018:

(…Padahal Hizb telah mengerahkan semua upaya dalam mengingatkan faksi-faksi itu dan membuat mereka bisa melihat apa yang sudah dan sedang terjadi, namun mereka menjustifikasi berjalannya mereka di belakang para pelaku kriminal itu bahwa mereka mendukung dengan dana dan senjata dan bahwa Hizb tidak bisa melakukan hal itu melainkan hanya mendukung dengan nasehat… Mereka menambahkan bahwa nasehat itu tidak berguna sedikitpun dibanding pukulan pedang! Mereka tidak paham bahwa pedang itu di tangan pemegangnya memiliki dua sisi tajam. Pedang itu di tangan orang yang sadar/paham dan mengetahui apa yang terjadi dan yang sedang berjalan akan menjadi perisai yang menjaganya dari keburukan lawannya dan sebagai wasilah yang kuat untuk mengalahkan musuhnya… Akan tetapi, pedang itu di tangan orang yang terpedaya dan berlari di belakang dukungan dari para pelaku kriminal maka akan menjadi perisai yang compang-camping yang menyebabkan orang yang memegangnya terbunuh lebih dahulu sebelum dibunuh oleh lawannya!

Sungguh kami menyampaikan kepada faksi-faksi yang dahulu menolak nasehat kami kepada mereka dan penjelasan kami kepada mereka atas apa yang terjadi … Mereka dahulu mengatakan, ucapan ini tidak berguna sedikit pun dari perang. Sebaliknya mereka menginginkan dukungan dana dan senjata yang mereka dapati ada pada para pengkhianat kaum Musim baik dari kalangan Arab, Turki atau Persia, bahkan sebagian dari mereka menambahkan, hingga seandainya dari penjahat Russia dan Amerika sekalipun, dengan anggapan dari mereka bahwa mengambil dana busuk dari mereka itu tidak akan menghalangi mereka dari berperang membela Syam… Kami katakan kepada setiap orang dari mereka: sekarang Anda melihat akibat perbuatan dan ucapan Anda. Anda telah dialihkan dan diusir hingga dari negeri dan anak-anak Anda! )

9- Penutup kami katakan: tidak tersisa dari daerah-daerah itu kecuali Idlib. Mungkin di saku Erdogan masih ada Perisai dan Cabang lainnya yang menelantarkan Idlib dan sekitarnya sementara dia diam saja tidak bergerak sedikit pun… Kami katakan kepada faksi-faksi dan kami sampaikan kepada mereka agar tidak tunduk dengan pergerakan-pergerakan Erdogan dan jangan mengosongkan Idlib untuk rezim … dan janganlah mereka melupakan apa yang menimpa mereka di Aleppo. Dan hendaknya mereka mengingat hadits Rasul saw yang dikeluarkan oleh imam al-Bukhari dar Abu Hurairah ra dari Nabi saw:

«لَا يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ»

“Tidak layak seorang mukmin dipatok ular dari lubang yang sama dua kali”.

 

Lalu bagaimana jika itu berkali-kali?!

﴿إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيدٌ﴾

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya (TQS Qaf [50]: 37).

 

Terakhir, kami tegaskan apa yang telah kami katakan: sesungguhnya hari-hari itu berputar. Umat ini telah diuji dengan semisal itu dan malah lebih keras, dari kaum salib dan Tatar, kemudian umat ini kembali dan bangkit dan mencabut musuh sejak dari akarnya dan kembali memimpin dunia… Benar bahwa hukum Islam dahulu diterapkan pada hari-hari itu dan bahwa Khilafah masih ada hingga meskipun lemah dan umat memiliki pemimpin yang menghimpun mereka untuk memerangi musuh umat dan membenarkan yang hak dan melenyapkan yang batil dan berikutnya musuhnya dikalahkan dan umat kembali bangkit… Sedangkan hari ini, tidak ada pemerintahan Islam, tidak ada Khilafah, lalu siapa yang menghimpun kaum Muslim untuk berperang! Mungkin ada yang mengatakan semisal itu. Dan itu untuk menjadi deskripsi fakta adalah benar. Tetapi perjuangan untuk Khilafah terus berlangsung dengan kuat, dengan izin Allah. Khilafah telah menjadi tuntutan utama kaum Muslim di negeri mereka. Mereka memelihara hal itu dengan ucapan dan perbuatan. Mereka bertolak untuk membalik hari-hari hitam 26, 27 dan 28 Rajab 1342 H yang dahulu menjadi pentas konspirasi dan kejahatan dalam penghapusan Khilafah, mereka bertolak untuk melenyapkan hari-hari hitam itu dan mengembalikannya bersinar kembali dengan Khilafah pada hari yang telah Allah tetapkan, dan Allah Maha Perkasa atas yang demikian itu. Pada saat itu orang-orang yang zalim, khianat dan berbuat kriminal akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali…. Dan bagi kaum Muslim, mereka tidak boleh berputus asa dari rahmat Allah. Syam akan tetap Syam, dan Syam adalah pusat Dar al-Islam: Nu’aim bin Hamad telah mengeluarkan di al-Fitan dari Katsir bin Murrah, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:

«عُقْرُ دَارِ الْإِسْلَامِ بِالشَّامِ»

“Pusat dar al-Islam di Syam”.

 

Dan Hizb yakin dengan pertolongan Allah, bukan hanya untuk para nabi dan rasul, tetapi juga untuk kaum mukmin yang jujur, bukan hanya di akhirat tetapi juga di dunia.

﴿إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ﴾

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)” (TQS Ghafir [40]: 51).

 

Dan pada hari itu, orang-orang Mukmin bergembira karena pertolongan Allah. Sebaliknya orang-orang yang berbuat dosa akan ditimpa kehinaan di dunia dan azab pedih di akhirat. Dan Allah Maha Memberi Pembalasan, Maha Memelihara, Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

 

16 Dzulhijjah 1439 H

29 Juli 2018 M

 

http://hizb-ut-tahrir.info/ar/index.php/ameer/political-questions/54038.html

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close